Iklan

Agar Langit Tak Retak

WAWASANews.com
Jumat, 12 Juli 2024 | 02.15 WIB Last Updated 2024-07-11T19:16:16Z
ilustrasi cerpen fileksi
Ilustrasi cerpen "Agar Langit Tak Retak". Foto: istimewa.

Cerpen Walidha Tanjung Fileski

WAWASANews.com - Ia keluar dari rumah mewah itu, rumah mewah yang ukurannya tidak begitu besar, tak lebih besar dari rumah mewah yang ada di sampingnya. Dengan rambut basah, sehabis keramas, nampak wajah sumringah. Sepertinya ia lelaki yang sangat bahagia hidupnya. Sudah hampir lima tahun ia menjabat sebagai wali kota. Semenjak awal dia menang dan meraih kekuasaan dalam pemilu, saat itulah kota ini mulai maju dan dikenal luas keindahan dan kemajuannya. Sangat pesat, berbagai aspek fasilitas infrastruktur, dan pelayanan publik pun menjadi tertata dan sangat memuaskan masyarakat. 

Yang paling aku ingat dari caranya berkampanye ketika itu, tidak banyak janji yang terlalu mengada ngada. Apa yang dia paparkan sangat masuk akal dengan didukung pengalamannya yang memang sebelumnya sudah lama menjabat sebagai abdi negara di Pemkot. 

Baginya, janji adalah hutang. Bukan mengumbar janji dengan maksud meraih dukungan semua kalangan, ia tidak menerjang segala cara agar mencapai suara sebanyak banyaknya. Pun masyarakat hari ini sudah pandai, tahu mana calon yang cuma pinter ngomong dengan janji janji manis, dan mana yang ucapannya bisa dinalar logis. 

Ia sangat berhati hati dalam menata kata. Sebisa mungkin untuk tidak menyakiti hati siapapun, termasuk lawan saingannya. Ia sangat paham bahwa politik bukanlah adu kepintaran, namun bagaimana berstrategi untuk mendapatkan simpatik masyarakat kebanyakan. 

Tak salah kalau masyarakat menyebutnya sebagai Pemimpin yang tak pernah menyakiti hati. Terbukti ketika debat walikota, ia diserang habis habisan oleh lawannya. Dituduh tidak punya pengalaman, dijatuhkan dengan isu yang masih simpang siur kebenarannya, dan berbagai persepsi miring lainnya. Ia tak membalas, ia hanya fokus memaparkan program program yang akan ia jalankan bila esok terpilih. 

Namanya Edi Sujarwo. Akrab dengan panggilan mas Jarwo. Pemimpin yang sukses dalam menata kota, hingga meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ia pun tak menutup akses pada rivalnya yang ia kalahkan. Ia malah ajak berkolaborasi untuk membangun kotanya. Di sisa hidupnya, yang ia inginkan hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk kota kelahirannya. Sama sekali ia tak memikirkan kepentingan pribadi. Kota ini yang membesarkannya, dan di kota ini pula ia akan disemayamkan. Bagaimana dengan segenggam kekuasaan di tangannya, ia ingin berbuat sesuatu agar bisa dikenang kebaikannya. 

Pemimpin adalah orang yang penuh dengan kebohongan. Kalian tidak salah dengar, Pak Jarwo sendiri yang mengatakan itu di depan para simpatisannya. Maksud dari kalimat itu, bahwa pemimpin tidak bisa murni harus terus terang dalam segala hal. Jika semuanya dibuka blak, maka dipastikan akan menyakiti golongan tertentu, meski sebagian akan merasa terpuaskan. Itulah yang disebut dengan politik, ilmu untuk memenangkan dukungan, namun menghindari perpecahan dan pertumpahan. Solusinya ya hanya dengan kebohongan. 

Ia juga mengatakan kepada para pendukungnya, bahwa berbohong itu boleh, menipu itu jangan. Apalagi sampai bersumpah untuk mengobrol-obral janji dalam kampanye, melibatkan atas nama Tuhan. Itu bisa fatal akibatnya, semacam senjata makan tuan. Sebab kita yang bisa membuat skenario di dunia, belum tentu diijabah oleh Tuhan yang maha mengatur kehidupan. 

Jadi jelas bedanya berbohong dan menipu, kalau menipu sudah dipastikan menimbulkan kerugian dan menyakitkan orang lain. Sedangkan berbohong, bisa saja untuk menyenangkan hati orang lain, atau cara agar tidak menyinggung perasaan. Hal itu sering ia lakukan di hadapan istrinya. Sebab ia punya dua orang istri. 

Bagaimana ia bisa punya dua istri. Awalnya karena ia tak dikaruniai keturunan dengan istri yang pertama. Diam diam tanpa sepengetahuan istrinya, ia menikah lagi, secara siri. Sebab profesinya sebelum jadi walikota, ada peraturan yang melarang untuk mempunyai lebih dari satu istri. Saking pengennya pak Jarwo mempunyai keturunan, gadis desa yang bernama Erna, ia lamar dan nikahi dibawah tangan, tanpa izin istrinya. Sampai akhirnya terbukti ia punya keturunan, Erna hamil. Saat itulah ia berusaha putar otak, bagaimana agar hal ini bisa diketahui istrinya yang pertama, namun tak menimbulkan keretakan rumah tangga. Jangan sampai langit retak karena ada dua rembulan. 

Semenjak Erna hamil, justru Jarwo lebih intens bersama Sinta, istrinya yang pertama. Jarwo mencari momentum yang tepat, agar Sinta tidak minta pegat. Di waktu-waktu itulah ia mengeluarkan jurus seribu kebohongan agar Sinta semakin sayang dan tak meninggalkannya ketika tau dia sudah menikah dengan Erna. 

Bagaimanapun juga, Sinta adalah istri pertama yang menemaninya sejak dari zaman susah hingga zaman berjaya. Sinta yang selalu memotivasinya dikala terjatuh, dan yang paling sabar menemaninya hingga mencapai suksesnya. Mana tega Jarwo meninggalkan Sinta, namun sisi lain ia ingin punya garis penerus keturunannya. 

“Dik, andaikan aku menikah lagi, hanya untuk mendapatkan keturunan, apakah kamu izinkan?” Tanya Jarwo dalam satu kesempatan, ketika mereka sedang makan malam berdua di sebuah hotel termewah di kota ini. 

Sinta tak bergeming, dalam hatinya bimbang. Satu sisi ia kasihan pada suaminya yang sangat ingin punya keturunan, sisi lain ia tak mau diduakan. 

Di waktu-waktu inilah jurus kebohongan sangat diperlukan. Iya yakinkan Sinta ,bahwa ialah wanita yang tak akan pernah tergantikan. Sinta lah wanita yang paling dicintai, dan tak mungkin ia tinggalkan. Luruh hatinya Sinta, ia harus menerima takdir bahwa ia tak bisa memberikan keturunan untuk suaminya. Apa boleh buat, Sinta pun mengizinkan suaminya menikah lagi. 

Berhasil mendapatkan restu dari Sinta, Jarwo pun pulang ke rumah Erna. Istri kedua yang selama ini ia rahasiakan dari Sinta dan keluarganya. “Dik Erna, aku sudah ngomong ke Sinta. Dia izinkan aku menikah lagi. Sehingga kita tak perlu lagi harus sembunyi-sembunyi terus seperti ini.” 

Erna tak menjawab satu patah kata pun, ia hanya merunduk. Seribu bayang berkelebatan di benaknya, ia takut momentum ini membuat hidupnya tak lebih bahagia dari sebelumnya. Ia tak ingin melihat suaminya berbagi dengan istri pertamanya. 

Karena tak ingin menyakiti hati Erna, sebagai seorang pemimpin rumah tangga, Jarwo pun harus mengeluarkan jurus berbohongnya. Ia katakan pada Erna, “Di hatiku hanya kamulah wanita yang paling cantik, wujudmu sempurna, tak mungkin aku jatuh cinta padamu dan menikahimu bila tanpa cinta. Sungguh bukan hanya ingin punya anak saja aku menikah denganmu. Namun karena aku benar-benar cinta, jatuh cinta sejak pandangan pertama ketika bertemu denganmu waktu acara nonton wayang di balai kota. Sekalipun bumi ini runtuh, aku akan berlari menyelamatkanmu, kalaupun harus mati, aku ingin mati bersamamu. Kau lah satu satunya wanita di hatiku, Erna.” 

Tak kuasa Erna menyembunyikan rasa bahagianya, dengan ucapannya Jarwo. Ia terharu, ternyata suaminya benar-benar mencintainya, hanya tak ingin melakukan perbuatan habis manis sepah dibuang ke istri pertamanya. Sebagai seorang wanita, Erna pun mengerti kondisi Sinta, andaikan diceraikan suaminya. Erna pun tak meminta Jarwo menceraikan istri pertamanya. karena ia sudah yakin, bahwa mas Jarwo benar-benar mencintainya, tak tergantikan wanita lainnya. 

Semenjak itulah Jarwo hidup dengan dua istri yang tak lagi sembunyi sembunyi. Keduanya ditempatkan di dua rumah yang berbeda. Salah satu cara untuk mengurangi gesekan cemburu di antara kedua istrinya. Rumah Sinta lebih besar dari pada rumah Erna. Itu cara Jarwo memberikan keadilan pada Sinta, sebagai istri pertama yang lebih lama menemaninya berjuang. Pun Erna bisa menerima karena Jarwo bilang, meski rumah Sinta lebih besar, Erna lebih sering mendapatkan jatah di ranjang. Namun rumah keduanya tetap sama sama mewahnya, hanya beda ukuran saja. Inilah kisah seseorang yang pandai berbohong, baik di lingkungan pemerintahan dan di dalam rumah tangganya. Pantas bila ia diberi gelar seorang pemimpin yang tak pernah menyakiti hati. (ed-wn/uf)

Walidha Tanjung Fileski, Founder Negeri Kertas dan Teater Pilar Merah

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Agar Langit Tak Retak

Trending Now

Iklan

Jual Flashdisk Isi Ribuan Buku Islam PDF