WAWASANews.com - Gencarnya serangan yang dilakukan terhadap Jokowi oleh ketiga partai Gerindra, PKS dan PAN serta ditambah partai Demokrat membuat pentas politik kita seolah olah dikuasai hiruk pikuk perpolitikan partai-partai itu saja; partai yang memusuhi Jokowi.
Namun yang sebenarnya menjadi musuh sesungguhnya (the real enemy) Jokowi yang bergerilya di masyarakat, bukanlah para petinggi partai itu, tapi kekuatan lain yang mengatas namakan agama, mengatasnamakan pemurnian agama dan mengatasnamakan tauhid, yakni kelompok wahabi atau wahabi salaf dengan berbagai wujud organisasinya yang terang serangan atau berbentuk kelompok militer teroris.
Mereka inilah yang bergerilya menanamkan dan menyebarkan kebencian kepada Jokowi dan kelompoknya. Mereka inilah yang menggunakan partai-partai oposan terhadap Jokowi sebagai organisasi payung mereka.
Persoalan mereka membenci Jokowi berakar pada mimpi mereka hendak membentuk pemerintahan bersyariat Islam ataupun khilafah. Mereka menganggap Jokowi dan para pendukungnya adalah penghalang terhadap usaha usaha mereka mencapai tujuannya.
Mereka wahabi itu tidak hanya bergerak untuk menguasai Pilpres. Semua lini Pilkada juga mereka berusaha mencalonkan tokoh-tokoh sebagai bagian dari strategi taktik menguasai NKRI.
Pergerakan mereka juga tidak semata-mata berfokus pada pusat pusat kekuasan tapi merebut basis-basis kekuasaan di masyarakat dengan jalan menguasai setiap masjid, mengisi penceramah di setiap pengajian dan tablig tabligh akbar dan juga menempati posisi posisi penting di masyarakat plus struktur aparat birokrasi.
Mereka pun sudah masuk menjelajah ke pedesaan dan merekrut pemuda-pemuda desa untuk dibina dan dilatih oleh mereka. Inilah the real enemy (musuh nyata) sesungguhnya yang mencoba meruntuhkan dan mengganti Jokowi dan juga mengganti gubernur, bupati, walikota dengan calon calon kepala daerah mereka.
Untuk mencapai tujuan mereka, maka mereka berusaha mendiskreditkan lawan-lawannya atau tokoh lawannya dengan cara:
1. Jika lawannya non Islam, maka mereka sebut kafir dan melarang memilih pemimpin kafir atau pemimpin kafir harus diganti dengan berbagai macam cara termasuk intimidasi kepada masyarakat.
2. Jika lawannya Islam atau sesama muslim maka mereka tuding lawannya pro Yahudi dan Kristen atau didukung oleh Yahudi dan Kristen.
3. Lawannya dituding antek cukong atau dibandari oleh cukong cina, antek asing/aseng yang hendak melestarikan penjajahan ekonomi oleh cina.
4. Lawannya dituding Syiah, Ahmadiyah atau aliran sesat.
5. Lawannya dituding sekuler dan liberal atau Neo liberal
6. Lawannya dituding komunis atau sosialis, antek komunis atau keturunan komunis.
7. Lawannya dituding melecehkan Islam atau menghina Al-Qur'an.
8. Lawannya dituding mendukung LGBT
9. Lawannya dituding berkonspirasi hendak melenyapkan dan membasmi Islam
10. Lawannya dituding mengkriminalisasi ulama dan menangkapi ulama.
11. Lawannya dituding mendzolimi umat Islam, ormas Islam dan pejuang pejuang Islam.
12. Lawannya dituding memberatkan usaha usaha ekonomi umat Islam dengan pajak atau peraturan peraturan lainnya.
13. Lawannya dituding hendak menghapus pelajaran agama Islam di sekolah sekolah.
14. Jika lawannya membuat program pengembangan budaya daerah atau kearifan lokal,maka dituding pemimpin yang musyrik.
15. Menuding lawannya menjual aset aset negara dan bangsa serta koruptor.
Semua ini mereka jadikan doktrin kepada para pengikut dan simpatisannya. Mereka lakukan cara cara di atas itu dengan sistematis dan massif, baik secara sembunyi-sembunyi, terang-terangan ataupun dengan tehnik tehnik yang halus.
Sekali lagi ini berlangsung nyata di masyarakat maupun di medsos atau media media lainnya. Merekalah kekuatan sesungguhnya yang menopang para partai politik hingga menjadikan Jokowi sebagai musuh atau anti Jokowi.
Mereka maunya sebelum pemilu 2019 ingin Menggusdurkan Jokowi atau meruntuhkan Jokowi sebelum 2019. Namun mereka tak berhasil dan berusaha menggalang kekuatan di pilpres 2019. (wn-ab)
Semua ini mereka jadikan doktrin kepada para pengikut dan simpatisannya. Mereka lakukan cara cara di atas itu dengan sistematis dan massif, baik secara sembunyi-sembunyi, terang-terangan ataupun dengan tehnik tehnik yang halus.
Sekali lagi ini berlangsung nyata di masyarakat maupun di medsos atau media media lainnya. Merekalah kekuatan sesungguhnya yang menopang para partai politik hingga menjadikan Jokowi sebagai musuh atau anti Jokowi.
Mereka maunya sebelum pemilu 2019 ingin Menggusdurkan Jokowi atau meruntuhkan Jokowi sebelum 2019. Namun mereka tak berhasil dan berusaha menggalang kekuatan di pilpres 2019. (wn-ab)
Muhammad Catur Wahyudi, pengamat politik jalanan