WAWASANews.com - Budaya merupakan sebuah peninggalan yang ditinggalkan nenek moyang, yang kemudian diwariskan kepada anak cucunya, hingga generasi seterusnya. Bisa dikatakan budaya adalah sebuah karya, tradisi, yang menunjukkan uniknya pulau tersebut. Itulah salah satu sebab mengapa Indonesia memiliki banyak keunikan. Karena di dalamnya ada banyak seni budaya yang harus dikembangkan.
Budaya Madura memiliki perjalanan yang sangat panjang. Di mana sebelumnya pulau ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kerajaan Pamengkasan, Bangkalan, dan Sumenep. Kemudian, dengan terjadinya perkembangan dan perubahan sosial, tiga kerjaan ini dijadikan menjadi satu nama yaitu Madura.
Cover buku masyarakat Madura |
Kemudian, oleh Belanda, Madura digunakan untuk menggambarkan keseluruhan pulau yang mereka tetapkan sebagai Keresidenan Madura pada tahun 1857.
Belanda selanjutnya memperkuat kontrol politiknya dengan mengatasnamakan Madura. Dalam hal ini, Belanda menetapkan asisten Resinden masing-masing dua kerjaan, Bangkalan dan Sumenep, yang sekarang dianggap sebagai kabupaten.
Hingga pada tahun 1864 Belanda telah memaksa panembahan Bangkalan untuk menjadikan kota Sampang terpisah sendiri sebagai subregensi atau ranggo yang secara resmi berada di bawah panembahan. Tetapi, dalam praktik-praktik urusan administratif ditangani oleh asisten resinden Belanda.
Pembahasan mengenai perubahan sejarah sosial ini sesuai dengan proses sejarah di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Ilmuwan Belanda, D.H. Burger. Burger mencatat bahwa pada abad XIX kebijaksanaan kolonial mempengaruhi terutama struktur supradesa. Yang mencakup raja-raja, kaum bangsawan, dan pachters Cina (pajak petani, pemegang lisensi). (hal. 7).
Sejalan dengan itu, buku ini memberikan sebuah gambaran bahwa analisis tentang budaya Madura, menjadikan kita tau tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di pulau yang Islami ini. Misalnya, memberikan analisis ekonomi pertanian Madura, yang pada masa itu pertanian sangat berpengaruh untuk jajaran masyarakat. Kemudian juga analisis tentang demografi, atau pola pemukiman penduduk yang masih banyak dipengaruhi oleh ekologi tegal yang dominan hingga masalah kombinasi yang kuat antara ekologi dan masyarakat dalam membentuk nasib Madura.
IDENTITAS BUKU PERUBAHAN SOSIAL MADURA
JUDUL BUKU:
|
Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris; Madura
|
Penulis:
|
Kuntowijoyo |
---|---|
Penerbit:
|
Ircisod |
Cetakan: | September 2017 |
Tebal: | 736 Halaman |
ISBN: | 978-602-7696-34-1 |
Peresensi: | Suroso, UIN Yogyakarta |
Harga: | - |
Pesan WA: | - |
Untuk itu, penting kiranya buku ini menjadi batu loncatan untuk studi yang akan datang. Studi yang lebih besar dan beraneka ragam mengenai masyarakat Indonesia dan untuk studi perbandingan mengenai perubahan sosial dan sejarah di Indonesia. Karena studi sejarah lokal dan regional merupakan garis depan dalam mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Dengan perangkat konseptual tentang formasi sosial dan berproduksi. Kuntowijoyo menganalis struktur masyarakat tradisional Madura dan perkembangannya dalam kurun waktu 1850 sampai dengan 1940. Sebagai satuan ekohistorikal, keunikan Madura adalah pembentukan sejarah Madura secara menyeluruh.
Lewat buku berbasis budaya Madura ini, pembaca akan memahami betapa penting melestarikan budaya yang ada di Indonesia, khususnya di pulau Madura. Dengan bahasa yang sistematis dan mudah dipahami pembaca akan dengan mudah menguasai buku ini. Diharapkan pembaca juga memiliki jalan tengah, agar menemukan khazanah dalam buku ini. (wn-ab)
Suroso, mahasiswa Studi Agama-Agama UIN Sunan Kalijaga
Baca: (Cerpen) Di Kota Paris