Puisi
DOMINO
NEGARA
Darr, plak, dor
Suara angka dibalik kertas
Balap
Enam seperti kereta api mengangkut hasil bumi
Selalu berhenti pada stasiun kantong
yang berjas
Dar, dir, dur
Empat
Dua. Bagus sekali
Semacam perahu membawa panen ikan dari
beberapa pulau di indonesia.
Tapi tetap saja bersandar di pelabuhan
para bandit
Tik, tak, tuk
Lima
satu, angka keberuntungan
Sebuah sketsa menyerupai mobil truk
pengangkut hasil hutan.
Sial, ternyata jalan yang ditempuh
menuju terminal perampok.
Satu kesempatan lagi
Satu haraapan lagi
Dak, dik, duk
Balap
kosong, hancur lebur,
musnah, binasa dan lenyap
Semua telah hilang dari negara, dari
rakyat, menuju kantong keparat.
Bangsat, negara dikebiri seperti sapi.
Sapi tanpa mata .
Bangkalan 2015
SIAPA
INDONESIA
Indonesia sebuah wadah demokrasi
Tempat orang-orang berargumentasi
Tapi bukan tempat tidur pulas
Bukan pula tempat mengisi kantong yang
kosong
Dasi berwarna menyerupai pulau
Tidak perlu dijadikan tameng
Cukup perbatasan diperkuat,
Rakyat miskin tidak kelaparan,
Lapangan kerja diadakan.
Siapa indonesia
Apakah mereka yang berada di senayan
Atau mereka yang berada di gedung DPR
Lalu siapa mereka yang berada di kolong
jembatan,
Di pemukiman kumuh,
Di samping-samping sampah,
Di pinggir pasar.
Indonesia adalah negeri seribu dongeng
Yang telah lama tertidur dengan janji
manis
Bahkan mereka lupa kapan mereka
akan terbangun
Indonesia adalah tanah kelahiran
Penuh darah dan air mata untuk
membangun
Banyak nyawa dikorbankan
Hingga lupa makan
Lupa hari
Bahkan lupa kapan mereka mandi
Kini negaraku berada pada ujung
kegelisahan
Membakar diri pada hutan
Mengamuk badai pada pantai
Memukul pada gunung
Dan mulai menangis pada moral
yang hilang
Bangkalan 2015
RAHIM IBU ADALAH
aku
terlahir dari rahim
ibu
yang berdarah pada bulan purnama,
buaya
putih menjilat habis air ketuban
ketika
ayah mencari
selembar
sirih.
Aku
mati.
Ibu
meniup ubun-ubunku yang basah.
hiduplah
anakku
dan
lahirlah kembali,
dari
bibir,
dari
nafas,
dari
perut
dan
dari ruh
ibu
yang murni".
Bangkalan 2015
Wajahmu
Sebuah Kitab
Wajahmu
seperti kitab yang tak pernah selesai aku baca
Itulah
yang kutemukan dibias bola matamu
Menjelma
ayat-ayat kerinduan
Guratan
wajah,
Kutemukan
pada halaman terakhir
Memaksaku
Untuk
mengeja,
Menghafal,
Memaknai,
Dan
menafsirkan.
Yang
sering menjadi sungai tempat kau mengalirkan air mata
Disaat
kemarau menanti musim gugur
Pada
alismu yanghitam
Bangkalan 2015
LILI
Bunga lili
Adalah jelmaan kesucian,
Ketulusan,
Kesopanan
Dan kesetian.
Seperti kolam yang tak pernah surut
dari air.
Berdiri diatas bongkahan batu berlumut
Bersandar diatas genangan air yang
tenang
Angsa-angsa berdansa disekitarnya
Sambil bersenandung puja danau biru
langit
Disana tumbuhan ipomoea aquatika setia
pada waktu yang usang,
Usang pada daun-daun gugur dari air
yang keruh.
Bangkalan 2015
Suryadi Arfa, lahir di Pontianak, 05 Agustus 1994. Sekarang
masih melanjutkan pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI
BANGKALAN. Serta aktif di Komunitas Masyarakat Lumpur dan di Dewan
Kesenian Bangkalan.