Opini
Oleh Ahmad
Musta’id
Ahmad Musta'id |
Guru
adalah sosok yang sangat jelas memiliki segudang pengalaman. Ia sebagai seorang
pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, apakah seorang guru otomatis harus dijadikan
dasar sebagai pemimpin? Seorang guru memang
seharusnya selalu mampu untuk
mendidik, mengarahkan, mengatur, menuntun, menunjukkan, ataupun mempengaruhi
siswa. Namun cukuplah guru adalah seseorang yang memiliki sifat kepemimpinan?
Anggapan itu jelaslah tidak. Jika hanya seorang pemimpin saja, semua siswa
dilahirkan di dunia ini pada dasarnya adalah seorang pemimpin. Lalu apa? Yang
dibutuhkan para siswa adalah seorang guru yang mampu membangun karakter para
siswa.
Guru
adalah seorang yang ahli dan mempunyai peranan dalam mengatur serta membina
karakter dan watak siswa dengan sifat loyal terhadap kepentingan kecerdasan
bangsa dan negara. Dengan arti kata loyal, maka seorang guru akan mewujudkan
yang terbaik untuk kepentingan kecerdasan bangsa dan negara tanpa mengharapkan
imbalan sepeserpun atau sebuah pujian yang berlebihan. Selain itu, dengan
melalui pengabdiannya, maka akan muncul sikap-sikap yang menjadi karakteristik
sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa: cerdas, ramah, terbuka, inovatif,
amanah, bijaksana, jujur, adil, santun dan tegas.
Seorang
pahlawan tanpa tanda jasa akan memiliki sifat integritas, sikap profesional,
dan keikhlasan dalam menjalankan tugas pengabdiannya. Integritas pahlawan tanpa
tanda jasa erat kaitannya dengan dengan sifat jujur, etika, serta moral. Sikap
profesional sangat berhubungan dengan sifat idealisme, komitmen, kualifikasi,
kompeten, tanggung jawab, prediktif, analitis, kreatif, dan demokratis. Adapun
keikhlasan akan terwujud dengan sebuah dorongan untuk melakukan perbuatan atas
dasar amanah, bukan karena dorongan untuk mendapatkan sanjungan serta
kedudukan.
Seorang
pahlawan tanpa tanda jasa juga berperan sebagai opinion leader dengan memegang keputusan yang utama dalam membuat
sebuah inovasi terbaru. Model dalam diri seorang pahlawan tanpa tanda jasa
berpengaruh pada lingkungan sekitarnya dan dapat memberi warna yang cukup besar
pada anak didiknya. Bahkan, model seorang pahlawan tanpa tanda jasa itu akan
mampu mengubah perilaku siswa dan masyarakat di sekitarnya.
Namun,
di tengah-tengah dengan adanya peristiwa
krisis moral di kalangan para siswa, karena seiring dengan pekembangan
teknologi yang semakin canggih membuat kehidupan di dunia ini menjadi lebih
bebas yang tentu saja sangat berpengaruh pada moral bangsa, khususnya di
kalangan siswa sekarang. Memang hal itu sangat tergantung dari pribadi seorang
siswa masing-masing, maksudnya tentang pemahaman agama (iman) jika siswa mampu
menghayati ajaran agama, tentu saja siswa tersebut tidak akan melakukan hal
yang buruk dan siswa bisa mempertimbangkan mana yang positif dan mana yang
negatif.
Di samping itu pula, perlu adanya pengawasan
dari pihak keluarga juga, karena ini akan berpengaruh pula terhadap perilaku
anak. Orang tua jangan sampai percaya 100% kepada anak, karena belum tentu anak
ketika di luar itu baik karena di era sekarang sudah banyak modus-modus
penipuan, seperti halnya dengan penipuan facebook,
sms, dan beberapa jejaring sosial yang lain. Kemudian perilaku itu juga
tidak hanya berasal dari modus-modus tersebut, perilaku juga sangat dipengaruhi
oleh masyarakat. Jika masyarakat itu baik maka perilaku akan lebih tertata
dengan baik. Jika sebaliknya, apabila
masyarakat itu tidak baik maka perilaku tidak akan tertata secara benar.
Tidak
menjadi sebuah kesalahan lagi jika pembentukan karakter siswa itu dimulai sejak
muda, bahkan bila peru dimulai dari sejak dini. Mental-mental keberanian itu harus
tertanam pada dalam diri seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Semangat yang
membara demi keutuhan bangsa harus mendarah daging pula dalam diri seorang
pahlawan tanpa tanda jasa. Karena bangsa sangat butuh generasi penerus yang sangat cemerlang.
Profesional dan terpercaya
Salah satu karakter dari seorang pahlawan
tanpa tanda jasa adalah sikap profesional dalam melakukan segala macam
pengabdian yang sudah menjadi tanggung
jawabnya dengan sepenuh hati. Pahlawan tanpa tanda jasa yang profesional
akan mampu menjalankan pengabdiannya sesuai skala prioritas dan mampu membagi
waktu dengan baik.
Dari
sikap profesional seorang pahlawan tanpa tanda jasa akan tubuh lagi sifat
percaya terhadap kedepannya. Dengan kepercayaan inilah antara guru dengan
siswa, guru dengan guru, dan siswa dengan siswa akan lebih mudah saat menjalin
hubungan sehingga akan menimbulkan eratnya sebuah kerja sama. Maka sudah saatnya mewujud dalam bentuk
tindakan nyata guru mampu memberdayakan, memerangi kebodohan pada siswa,
terutama juga pada masyarakat yang sampai sekarang masih mengalami buta huruf.
Ahmad Musta’id,
penulis adalah siswa MA
Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus.