Jepara-WAWASANews.Com
“Saya
punya kliping dari Koran Duta Masyarakat tentang Gus Dur dan Mbah Mangli.
Konon, dalam sebuah dialog antar keduanya, terjadi perselisihan. Gus Dur
bilang, jika yang benar Mbah Mangli, maka Gus Dur akan meninggal duluan. Begitu
juga sebaliknya. Dan, beberapa bulan kemudian, Mbah Mangli meninggal lebih
dulu. Ini fenomena soal politik di partai antara PPP dan PKB,” tutur Mudzakkir,
salah seorang peserta dalam Haul ke-5 Mengenang 5 Tahun Wafatnya KH Abdurrahman
Wahid (Gus Dur), Selasa Malam (30/12/14), di Aula Lantai Dua Gedung PCNU Kabupaten Jepara, Jl. Pemuda 51 Jepara.
Gus Dur dalam Kenangan: KH. Hayatun Abdullah Hadziq membincang Gus Dur di PCNU Jepara (30 Desember 2014). Foto: [Badri/WAWASANews.Com] |
Kenangan-kenangan
dan cerita bersama Gus Dur banyak diutarakan oleh ratusan peserta yang hadir.
Ada yang lebih penting dari sekadar bernostalgia dengan cerita-cerita dan
fenomena Gus Dur. Danang, salah satu Pendeta Gereja Jawi yang hadir, menyatakan
bahwa saat ini yang diperlukan adalah imitasi-imitasi Gus Dur.
“Yang
paling terbebani untuk menghadirkan Gus Dur adalah NU, karena mereka dituntut
seperti Gus Dur, yang menurut saya nilai laku utama beliau adalah menghayati
cintanya kepada Tuhan dengan mencintai sesama manusia, memanusiakan manusia,”
kata Danang.
Peneladanan
sikap dan konsistensi Gus Dur menjadi tema dialog nostalgis antar peserta yang
dimulai sejak pukul 21.00 WIB itu. Namun, problem Jepara juga diangkat sebagai yang
layak dibicarakan dalam acara bertajuk “Membincang Gus Dur, NU dan Jepara,” itu.
Selain
berkisah tentang Gus Dur, KH. Hayatun Abdullah Hadziq, Pengasuh Pesantren
Balekambang, Nalumsari, Jepara, yang dalam kesempatan itu diminta bicara
sebelum dialog, menyindir soal potensi gas di Jepara yang selama ini warga
sekitar juga tidak tahu. Padahal, orang SKK Migas sudah berkali-kali
mengunjungi kesana. “Terus soal limbah
PLTU saiki ning ndi, sing nggowo sopo? (Terus, soal limbah PLTU sekarang
dimana, yang bawa siapa?” tanya Hayatun.
Tak
pelak beberapa hadirin juga menyayangkan ketidakhadiran Bupati Ahmad Marzuki
dan Subroto yang dikritik “ora wani teko”. Bisa
dikata, hadirin rata-rata bukan orang awam. Mereka adalah Jamaah Grup Facebook
NGOMPOL (Ngomong Politik) yang selama ini memang dikenal rajin mengawal dan
mengkritik kebijakan Pemerintah Jepara.
Jamaah NGOMPOL-lah
yang disebut meginisiasi acara Haul Gus Dur ke-5 ini. “Urunan sendiri Mas,
teman-teman Ngompol yang aktif. Ini juga atas
nama PCNU acaranya,” kata Sholahudin Muhsin, Dosen Unisnu Jepara di sela
acara. Bahkan, menurut Haji Aris, anggota Banser Jepara, jumlah ingkung ayam atau dekem yang berhasil didatangkan dari warga Jepara melebihi 40 ekor.
“Ini
bentuk kecintaan kita kepada Gus Dur. Kita datang ke acara karena Gus Dur.
Kumpul makan-makan sebab Gus Dur,” kata Lutfi, admin Grup NGOMPOL. Lutfi yang
juga pengurus Lakpesdam Jepara ini mengatakan keistimewaan wafatnya Gus Dur di
akhir tahun, yang akhirnya menjadikan pemikiran Gus Dur dikenang tiap menjelang
tahun baru.
“Bagi
saya, wafat Gus Dur itu mukjizat. Allah memilih tanggal wafatnya itu tidak
main-main. Gus Dur dikenang pemikirannya tiap akhir tahun, yang selalu saja
kontekstual karena tidak ada yang dipikirkan kecuali umat. Gus Dur itu
pemersatu. Semua datang di sini karena Gus Dur,” papar Lutfi.
Dari Gus
Dur, kita bisa belajar menyapa siapa pun hingga akhir hayat. Begitu pesan Kyai
Tobroni, pengurus NU Jepara. Sudahkan Anda menyapa pemikiran Gus Dur di akhir
tahun ini? (Badri)