Jepara-WAWASANews.Com
Orkes: Salah satu bentuk hiburan rakyat Karimunjawa |
Terlihat
anak-anak berkumpul di depan panggung hiburan. Mereka berjoget layaknya orang
dewasa yang menyaksikan orkes dangdut. Bedanya, mereka bergoyang dengan
goyangan khas anak-anak. Tak ada perkelahian. Dari sisi yang agak jauh dari
panggung, orang tua mengawasi sambil menikmati hiburan.
Pada
Sabtu (15/11/2014) malam itu, ratusan orang berkumpul di lapangan depan Kantor
Kecamatan Karimunjawa. Pemandangan seperti itu jarang terlihat di wilayah
kepulauan yang secara administratif masih menjadi wilayah otoritas Pemkab
Jepara itu.
Bagi
warga daratan, pentas hiburan menjadi hal yang biasa. Mereka tinggal pilih. Di
Jepara, hampir siap hajatan selalu menampilkan pentas hiburan untuk menghibur
tamu yang hadir. Mulai pentas religius sepert seni terbangan, pentas berbau
tradisi seperti wayang atau kethoprak, hingga pentas dangdut. Tapi, bagi warga
Karimunjawa, pentas hiburan menjadi hal yang sulit didapatkan.
Malam
itu, warga Karimunjawa dari berbagai profesi, termasuk nelayan, berkumpul
dengan wisatawan, menikmati malam Minggu dan menyaksikan pentas musik.
Kebetulan, Sabtu hingga Minggu (15-16), Bupati Jepara mengadakan kunjungan
kerja di Kecamatan Karimunjawa. Pentas musik itu memang dalam ragka memeriahkan
kunjungan orang nomor satu di Jepara itu.
Tiap
malam lapangan itu memang dimanfaatkan untuk tempat berjualan beraneka kuliner
khas pesisir. Seperti ikan bakar, kelapa muda asli atau dibakar, serta berbagai
souvenir dengan ikon Karimunjawa. Tapi pada hari biasa, keramaian hanya
didominasi oleh wisatawan yang berkumpul dengan rombongan atau keluarganya
dengan menyantap hidangan laut dan penganan yang dijual penduduk.
Syaiful
(27) pedagang angkringan yang tiap malam berjualan di sisi timur menceritakan,
warga Karimunjawa jarang keluar rumah di malam hari. Warga yang didominasi oleh
nelayan lebih memilih istirahat di rumah jika tidak melaut.
“Setiap
malam, titik-titik yang biasanya digunakan wisatawan berkumpul di malam hari
jarang terlihat warga Karimunjawa. Hanya beberapa pemuda yang terlihat,” ungkap
pria asal Semarang ini.
Syaiful
mengisahkan, alun-alun kecamatan pun hanya ramai ketika malam-malam di akhir pekan,
sesuai dengan banyaknya wisatawan yang datang. Warga baru akan berkumpul ketika
ada hiburan rakyat yang digelar. Entah itu, orkes dangdut maupun lainnya.
“Warga
dari berbagai lapisan dan profesi biasanya baru datang ke alun-alun dan berbaur
bersama wisatawan asing maupun lokal, jika ada pertunjukan hiburan yang
digelar. Tapi sayangnya, hal itu jarang ada di Karimunjawa. Even-even yang
memungkinkan ada unsur pertunjukan hiburan juga jarang ada,” terang Syaiful.
Menurut
Syaiful, warga Karimunjawa rindu akan hiburan yang memungkinkan semua warga
berkumpul dan berbaur. Bagi wisatawan, keindahan Karimunjawa menjadi sebuah
hiburan yang tak ternilai. Tapi bagi warga yang lahir dan besar di Karimunjawa,
keindahan itu tiap hari sudah dinikmati.
“Buktinya,
warga ramai berkumpul hanya ketika ada pertunjukan. Bahkan selain akhir pekan,
alun-alun sepi. Hanya puluhan wisatawan yang datang ke alun-alun. Bagi warga
Karimunjawa, lebih baik melaut, atau kalau tidak, istrahat di rumah,”tandasnya.
Syaiful
berharap, pentas hiburan rakyat semakin gencar diadakan. Tak harus orkes
dangdut. Yang paling penting bisa dinikmati warga Karimunjawa. “Selain juga
menjadi tambahan hiburan bagi wisatawan. Hanya pada momen tersebut, warga
Karimunjawa duduk berbaur dalam satu tempat,” pungkasnya. (Adipur)