Oleh
Moh. Romadlon
Judul
buku : The Lodger
Penulis : Marie Balloc Lowdes
Penerbit : PT. Tangga Pustaka
Cetakan : I, 2013
ISBN : 979-083-076-9
Sejarah membuktikan, kapan pun dan di
mana pun bila popularitas penduduk tidak seimbang lagi dengan ketersedian
pekerjaan dan kelayakan pelayanan publik pasti memicu tindak kriminal.
Perampokan, kekerasan, prostitusi, dan alkohol merupakan pelarian yang paling
praktis di tengah atmosfir hidup yang tidak sehat itu.
Inilah yang dialami London pada tahun
1880. Masalah rasisme, kriminalitas, dan kemiskinan memunculkan anggapan bahwa
Whitechapel merupakan tempat paling mengerikan di London. Persepsi ini dikuatkan
dengan terjadinya rentetan pembunuhan yang keji dan mengerikan. Beberapa
peneliti kriminal dan penyidik menyakini pelakunya tunggal; Jack The Ripper.
Terlepas benarkah teror itu dilakukan
oleh Jack The Ripper, tapi misteri itu terus melegenda dan tetap diyakini
keberadaannya. Nah, Novel besutan Marie Balloc Lowdes merupakan salah satu
versi kisahnya.
London belum terusik. Koran-koran lokal
pun masih memuat berita pembunuhan pertama dan kedua itu dalam satu paragraf
kecil, di bagian pojok. Baru pada pembunuhan ketiga dan keempat masyarakat
gempar. Pada pakaian korban disematkan kertas segitiga yang tertulis “Si
Penuntut Balas” dengan tinta merah. Semua korbannya adalah para perempuan malam
yang suka mabuk. (hal.10).
Setelah itu London mencekam. Dari balik
kabut, sang penjagal terus melancarkan aksi terornya. Setiap malam
korban-korban pun terus bersusulan. Scotland Yard (Markas Kepolisian London)
terus berpatroli. Koran-koran pun menempatkan aksi brutal ini menjadi menu
utama. Demontrasi terjadi di mana-mana.
Masyarakat menuduh Scotland Yard lambat menangani kasus ini. Meski begitu, “Si
Penuntut Balas” tetap terlihat begitu leluasa mencincang tiap korban-korban
berikutnya.
Scotland Yard merasa dipermainkan.
Diturunkan 5000 personel untuk menjaga kota London. Hasilnya, dua pembunuhan
malah terjadi selang waktu beberapa menit. Joe Chandler, seorang dektektif
senior yang dipekerjakan 24 jam pun hanya bisa mengumpulkan sedikit bukti, tak
juga bisa mengendus keberadaannya.
Kabut kota London terus menyimpan rapi
tragedi pembantaian paling sadis ini. Jumlah korban “Si Penuntut Balas” terus
bertambah, menjadi sebelas perempuan. Semua penyuka alkohol dan suka
berkeliaran malam.
Kisah mencekam ini berbalut manis
dengan kisah cinta yang terjalin antara sang dektetif, Joe Chandler dengan
Daisy, putri dari keluarga sahabat ayah Joe, Robert.
Sebelum kasus pembantaian ini, Joe
memang sudah dekat dengan keluarga Robert, bahkan ia sering memberi bantuan
kepada mereka setelah tahu Robert tidak lagi bekerja. Tapi perekonomian Robert
kembali membaik saat ada ilmuwan yang akhirnya menyewa beberapa kamar besar di
rumahnya.
Meski Tuan Sleuth, sang penyewa
terbilang aneh tapi istri Robert, Ellen senang karena setidaknya penyewa itu
telah menopang perekonomian mereka. Sehingga dia selalu melayani dan tidak
banyak bertanya. Sebagai seorang ilmuwan, Tuan Sleuth akan berada seharian
penuh di kamarnya untuk melakukan eksperimen yang rumit dan membaca Al-Kitab.
Dia akan keluar saat semua orang terlelap. Dia akan berjalan menyusuri kabut
yang teramat dingin, dan baru pulang saat menjelang pagi.
Dan setiap itu pula, saat orang-orang
bangun pagi pasti akan digemparkan dengan korban-korban itu. Meski tingkah Tuan
Sleuth tambah aneh, namun Ellen tetap tak berpikir lebih jauh tetangnya. Seperti
semua orang, dia pun berpikir perbuatan biadab itu pasti dilakukukan oleh
‘monster’, tidak mungkin oleh orang
terhormat, seperti sang penyewa kamar. Tapi anehnya saat Tuan Sleuth
tiba-tiba pergi tampa pamit, pembunuhan itu pun terhenti. Dan ini pun tak
membuat ia dicurigai hanya karena satu hal; ia tampak terhormat.
Novel ini memberi pelajaran bahwa
penjahat yang berseragam pejabat, yang bertopi layaknya orang terhormat sering
lebih biadab dan sulit ditangkap karena tak terlihat oleh otak para pemangku
keadilan. Dan sayangnya, Jack The Ripper-Jack The Ripper model baru sekarang
banyak berkeliaran di tengah-tengah kita.
Moh. Romadlon,
pengurus TBM
Sumber Ilmu, Staf Pengajar di TPQ Baitul Awwabin
Kebumen, Jawa Tengah