WAWASANews.Com-Semarang
Suasana seminar hasil penelitian BLAS Semarang (12/8) Foto: Oji/WAWASANews.Com |
Materi Buku Akidah Akhlak kurang
bisa diimplementasikan pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) di daerah. Hal tersebut
terjadi karena penyajian materi yang tidak sesuai dengan kondisi psikologis dan
tingkat pemahaman siswa.
Hal itu disampaikan Samidi Khalim, Peneliti Bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Semarang (BLAS) dalam seminar hasil penelitian tahap 1 BLAS di Hotel
Dafam Semarang, Selasa (12/8/2014). Dia menambahkan, buku ajar Akidah Akhlak (MI) kurang
memuat ranah afektif-kepribadian secara memadai.
Materi akidah secara dogmatis dan materi akhlak yang kurang aplikatif,
menyebabkan anak didik kurang bisa memahami isi buku. “Kami mengumpulkan buku
akidah akhlak di 9 kota di Jawa Timur, ditemukan siswa MI kurang bisa memahami
isi teks,” ujar Samidi.
Kalimat yang sulit dipahami siswa, bisa dtemukan pada salah satu buku ajar di Jawa Timur. Contoh:
Benda keras berbicara. Manusia telah menemukan alat-alat canggih yang mudah dibawa oleh seseorang. Alat dapat mengirimkan suara dan pembicara yang terjadi di rumahnya atau di rumah orang lain.
“Buku ajar yang beredar sangat memberatkan siswa tingkat dasar (MI), karena
bahasanya kurang sederhana,” tandasnya.
Kurang Mencerdaskan
Buku yang demikian dipandang kurang mencerdaskan siswanya. “Buku pelajaran
yang mencerdaskan ialah buku yang dapat membuat anak-anak belajar jadi asyik,
mudah, dan menyenangkan,” tegas Samidi.
Menurut Samidi, anak dapat mengenali
berbagai macam fakta di lingkungannya melalui sebuah proses. Proses adaptasi
anak pada lingkungannya akan menjadi stimulans terhadap perkembangan kepribadian psikomotor, kognitif, maupun sosialnya.
Ia menerangkan pendidikan akidah dan akhlak dapat dijadikan sebagai basis
pendidikan karakter bangsa dan pengenalan diri yang dapat diaplikasikan secara
kontekstual dan sebagai upaya menciptakan budaya religius sejak dini.
“Kami coba merancang buku
ajar Akidah Akhlak Kelas V MI, yang nantinya bisa dijadikan sebagai
buku pendamping kurikulum 2013,” tegas Samidi.
Menurut guru besar UNNES Prof.Dr. H.Wasino, M.Hum, buku pelajaran yang baik
adalah buku yang mengajak anak berinteraksi, di mana setiap materi yang disajikan
terdapat ilustrasi gambar dan penjelasan, agar siswa benar-benar paham.
“Gunakan bahasa yang sederhana, supaya siswa tidak butuh waktu lama untuk memahami isi dan mengunakan bahasa yang dekat dengan
emosial anak-anak,” ujar Wasino. (Oji)