Surat Pembaca
Oleh Suprawoto Mertowijoyo
(spt.cojpr@gmail.com)
Assalamu’alaikum Wr Wb,
A’udzubillahi minasy syaithonir rojiim
Bismillahir
rohmanir rohiim,
Kita
semua tahu, banjir bandang adalah akibat air limpasan hujan tidak mampu
ditampung sungai dan waduk. Lantas diadakan program normalisasi sungai dan
waduk yang semakin sempit akibat pemukiman. Yang menjadi pertanyaan, seberapa
lebar sungai dan luas waduk yang diperlukan ?
Dalam
dunia hidro teknik, dikenal adanya hujan banjir tahunan, lima tahunan, sepuluh
tahunan, dua puluh lima tahunan dan lima puluh tahunan, mungkin ada yang
seratus tahunan. Hujan banjir tahunan, mempunyai intensitas curah hujan dan
lamanya lebih kecil dari yang lima tahunan, yang lima tahunan lebih kecil dari
yang sepuluh tahunan dan seterusnya.
Biasanya
kebanyakan perencanaan didasarkan perkiraan hujan banjir dua puluh lima
tahunan. Karena lebih besar dari itu biayanya sangat besar dan lahan yang lebih
luas. Lantas kalau yang datang hujan banjir yang lima puluh tahunan, bagaimana?
Tidak ada desain bangunan penahan banjir yang bisa menjamin suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS) bebas banjir secara mutlak, karena tidak ada yang bisa menjamin
tingginya intensitas dan lamanya hujan turun.Lantas bagaimana?
BPPT,
suatu badan yang beranggotakan orang orang pandai lulusan dalam dan luar negeri,
menawarkan teknologi modifikasi cuaca, dengan menghadang awan yang akan turun
di DAS tertentu. Teknologi ini memang berdasarkan sain modern, tetapi seberapa
kuat ia bisa menahan, bila awan datang bergelombang gelombang ?
Dalam
kenyataan, cuaca tidak hanya dipengaruhi posisi mata hari, bulan atau benda
langit lainnya. Kebanyakan banjir bandang diakibatkan hujan yang turun tiba
tiba dan berhenti ketika segalanya telah porak poranda. Usulan BPPT ini tanpa
menggunakan pedoman yang Allah berikan, mungkin mereka tidak tahu.
Bagi
muslimin, Allah memberi petunjuk mengenai hujan ini, yaitu ada dua macam hujan
:
- Hujan pembawa rahmat, yang dengan hujan itu, kebutauhan air untuk manusia dan hewan serta tumbuhan agar bisa hidup tercukupi. Allah maha tahu kebutuhan untuk makhluknya. (QS. 7 – 57, 25 – 48, 42 – 28)
- Hujan pembawa musibah atau bahkan sampai azab. Hujan ini mempunyai intensitas sangat tinggi dan waktu yang lama, serta datang ketika manusia dalam keadaan terlena, biasanya malam hari. (QS. 29 – 40, 46 -24)
Mengapa
Allah menurunkan musibah bahkan azab-Nya? Bukankah Allah Maha Rahman dan Rahim?
Lantas bisakah musibah atau azab Allah dilawan dengan teknologi manusia?
Bukankan bila kita bisa menahan banjir dua puluh lima tahunan, Allah bisa
menurunkan hujan lima puluh tahunan? Mari kita coba mencermati macam macam
musibah yang dicoba ditahan manusia.
1.
Penyakit.
Penyakit yang menyerang manusia, tumbuh dan
berkembang dalam jenis dan keganasannya seiring berkembangnya manusia dalam
jumlah, kejahatan dan keganasannya. Setiap ditemukan obat yang menaklukkan
penyakit, muncul pula penyakit baru yang lebih mematikan dan lebih sulit
ditemukan obatnya. Padahal Allah yang mereka sembah memberitahu bahwa ada obat
segala penyakit untuk segala jaman, yaitu Al Qur’an. Tetapi hampir tidak ada
dokter yang mengaplikasinya, termasuk dokter muslim. Bahkan orang yang dikira
ulama pun tidak tahu bagaimana menggunakannya. Intinya adalah, penyakit
diturunkan agar manusia menjadi ingat akan dosanya dan kembali pada jalan yang
telah Allah tentukan seutuhnya (Islamul kaffah).
2.
Hama tanaman dan
ternak
Sebagaimana penyakit yang menyerang
manusia, ada juga penyakit yang menyerang hewan dan tanaman manusia. Bahkan
tanaman yang siap dipanen dan menggembirakan mereka, ditimpa banjir atau hama.
Demikian juga yang menyerang ternak mereka yang dijaga dengan serum dan
peralatan modern, agar manusia sadar Allah lebih berkuasa menyengsarakan
mereka. Kalau mereka memelihara tanaman dan ternaknya dengan syari;at Allah,
tidak ada keculasan, membayar zakat malnya, tentulah Allah akan memelihara
ternak dan tanaman mereka. (QS, 2 – 266, 34 – 16)
3.
Angin
Dalam Al Qur’an ada angin yang membawa
berkah (QS. 7 – 57 juga 15 - 22), mendatangkan awan hujan dan menyejukkan serta
bisa kita gunakan menjalankan kapal dan membangkitkan listrik. Tetapi ada juga
angina yang merusak dengan pusarannya yang kuat menerjang haqrta benda dan diri
manusia . Ada angin yang membawa nar (api) yang membakar kebun dan hutan serta
cuaca ektrim.(QS. 2 – 266). Ada juga angin
yang sangat dingin (QS. 3 – 117), Angin keras yang mengandung kerikil ( QS. 17
- 68, 69), angin yang membawa Azabullah (QS. 46 – 24). Semua ini untuk
mengingatkan manusia agar tidak seenaknya sendiri menebarkan kemunkaran diatas
bumi.
4.
Gempa bumi dan
letusan gunung api.
Gunung itu mengeluarkan energi magma agar
bumi tidak meledak seperti geranat. Tetapi ia juga bergerak bersama bergerak
bersama lempeng atau kult bumi. Pergerakan ini menimbulkan gempa tektonik,
tsunami dan tertutup/menyempitnya lubang kepundan sehingga gunung akan meletus.
Sebenarnya gerakan ini dilakukan ruh bumi yang disebut Ibu Pertiwi dan anak
buahnya, sebagian dari tentara Allah. Orang yang tidak mengenal Allah dengan
baik, menyembah mereka dengan membuat sajian sajian atau ada sebagian
mengabaikan eksistensinya kerena tidak bisa melihat dan berkomunikasi
dengannya, lantas berbuat semaunya di muka bumi. Mereka inilah yang dihancurkan.
Sedang orang orang yang beriman seadanya dan tinggal bersama mereka, ikut
merasa dampaknya. Beda dengan orang orang yang betul betul beriman dan
bertakwa, serta diikuti orang orang yang mendabakan mendambakan keridoan Allah,
tidak akan disentuh musibah apalagi azab. Orang muttaqin itu seperti Nabi
Sulaiman as. Ditundukkan gunung dan hewan hewan atas perintah Allah. (QS. 21 –
79 dan 81). Sekarang banyak orang yang mengaku dirinya muttaqin dan diikuti
orang orang mendengarkan ceramahnya, tetapi mengapa banyak bencana menimpa
mereka? Atau bencana itu tidak cukup keras untuk mengingatkan mereka?
5.
Hujan
Hujan sebagai rahmat Allah, adalah hujan
yang terujur. Cukup untuk bersuci dan minum manusia , ternak dan menghidupkan
ternak dan hewan liar.Hujan lenih dari itu adalah musibah yang dikirimkan Allah
akibat kesalahan manusia mengelola bumi, kerasukan dan kesombongannya. Bila
orang orang yang dipercaya rakyatnya tidak berkhianat seperti pengakuan dan
janjinya, orang orang kaya tidak pelit dan suka memamerkan kekasayaanya,
menyembunyikan kekayaan seakan akan kekayaan itu akan dibawa mati karena
usianya yang sudah tua, pastilah tidak akan dikirimkan hujan yang menyushkan
orang banyak. Musibah ini bukan ujian Allah. Ujian itu yang menimpa para nabi
dan pengikutnya, sedangkan musibah itu untuk orang yang lalai dan berdosa, dan
azab untuk musuh para nabi dan pengikutnya. Jadi jangan dikatakan hujan yang
membawa banjir, Jakarta, Manado, Bojonegoro dan sekitarnya serta daerah lain
itu sebagai ujian. Itulah musibah sampai laknat
Allah
memerintahkan kaum muslimin untuk taat kepada Allah, RasulNya dan Ulil Amri
diantara mereka. Siapakah yang disebut yang ketiga yaitu Ulil Amri diantara
mereka? Ulil amri adalah orang orang yang memiliki perintah, yaitu “Ulama” yang
mendapat kekuasaan dari Allah (Kholifatullah) dan Pejabat Negara yang mendapat
kekuasan dari negara. Seorang muslim yang baik, tidak bergerak selain mendapat
perintah dari keduanya atau yang diperkenankan dan diajarkan dalah sunnah Allah
dan Rasulnya. Memang Islam tidak mengajarkan demokrasi, tetapi teguh memegang
amanah, sabar dalam musibah dan ujian serta taat kepada yang berhak
memerintahnya. Bila hal ini sudah dilakukan, maka seluruh tanggungjawab atas
musibah yang diderita masyarakat ada di pundak pemberi perintah yaitu “Ulama
dan Umaro’”
Bila
manusia ini diumpamakan negara, maka tubuh ini adalah wilayahnya, sel sel yang
sehat adalah rakyatnya yang taat dan sejahtera, sel yang sakit adalah rakyatnya
yang bersalah dan perlu diluruskan sedang kanker adalah pemberontak dan
koruptor. Bibit penyakit adalah faham faham yang tidak sesuai dengan sunnah
Allah dan Rasulnya, jin yang masuk adalah warga negara asing yang menyusup dan
membuat kekacauan, sedang bakteri coli adalah orang asing yang bekerja sama/simbiosis
mutualisme dengan masyarakat dan negara. Penguasa Negara tertinggi adaalah
presiden yang didukung panglima perang yang perkasa dan menteri yang amanah
serta ulama yang dekat dengan Allah sebagai penasehatnya.
Pada
diri manusia, presidennya adalah Ruh manusia, panglima perang dan ulama dijabat
rangkap oleh “ilmu”, sedang menteri menterinya adalah akal, nafsu dan hayatnya.
Semua yang terjadi dalam tubuh manusia adalah tanggung jawab ruh manusia, maka semua
yang terjadi pada Negara ini adalah tanggung jawab presiden. Seorang presiden
yang merasa berat menanggung beban sendirian, ia perlu mengangkat panglima
perang yang cakap, tangguh dan setia padanya, serta merangkul ulama yang
ditaati rakyat karena perilakunya yang mulia, bukan yang hafal ayat ayat tetapi
memperdagangkan ayat ayat dengan harga murah.
Presiden
juga harus selalu taat kedada Allah seperti sifat ruh manusia, dia
memeperhatikan kesejahteraan rakyatnya agar negaranya sehat. Presiden juga harus
tegas memberantas pemberontak/teroris dan koruptor yang seperti kangker
menggerogoti tubuh yang sehat. Seorang presiden harus tegas menolak bisikan
bisikan yang menyesatkan dari setan pengusaha asing melalui orang orang
terdekatnya, bila diperlukan dia akan bertanya pada penasehatnya yang dekat
dengan Allah, bukan dekat dengan setan, seperti ahli ahli nujumnya Fir’aun.
Dalam
masyarakat yang kacau, pasti ada yang tidak benar pada “ulil amri minkum”. Tidak
bisa semua kesalahan ditimpakan pada presidennya saja. Semua unsur (pemangku
kepentingan) harus mengambil tanggung jawabnya. Negara akan betul betul
“Baldatun, Thoyibatun.Wa Robbun Ghofur” bila memiliki tokoh agama dari tingkat
jamaah sampai tingkat nasional yang kokoh, dekat dengan Tuhannya, dicintai dan
mencintai jamaahnya dan sebagian besar rakyat. Ulama adalah kumpulan orang alim.
Orang
alim adalah orang orang yang memiliki ilmu, yaitu Nur al Qur’an di dadanya
sehingga bergelar “utul Ilmi” (QS. 29 – 49), bukan yang lulus sekolah agama
dengan gelar S.Ag atau SQ atau gelar lain ciptaan manusia. Bagi pengikut
Ibrahim as, gelar orang alim yang punya pengikut itu Imam, bukan ustadz atau
gelar lain. Seorang imam adalah tentara Allah, dia memiliki nur bening seperti
ilmu Allah yang hidup, yang berasal dari Firman Allah (QS. 81–19,20,21). Dia
menjadi orang dengan kepribadian ganda, pribadi kemanusiaan dan pribadi ilmu
Allah. Sebagai pribadi Ilmu Allah, ia dekat dengan Allah, sangat dipercaya,
mempunyai karomah dan dimuliakan makhluk Allah yang lain atas perintah Allah,
seperti dialami Sulaiman as dan nabi
nabi lain.
Jadi
walaupun ada makhluk yang menggerakkan angin, awan dan gunung gunung, jangan
sembah mereka, tetaplah sembah Allah yang memerintah mereka sampai kita mampu
memerintah mereka atas perintah dan ijin Allah, Penguasa segala penguasa.
Jadi
bila bencana menimpa suatu negeri, maka bisa dipastikan disitu tidak ada Imam
yang ditaati jamaahnya, atau masyarakat telah bermaksiat dengan terang terangan
tanpa malu, dan-atau pemimpinnya culas. Jangan musibah ini dilawan dengan
teknologi seperti dilakukan BPPT dan kebanyakan para ahli sains, bahkan menjadi
bisnis, tetapi kembalilah pada jalan yang lurus.
Mari
kita mulai dengan diri sendiri, memperbaiki akhlak, melakukan tugas dan amanah
yang kita pikul dengan penuh tanggung jawab dan ingatkan kepada jamaah kita
akan tugas dan tanggung jawabnya, serta usaha lain untuk bisa mengingatkan
sebanyak mungkin manusia. Jangan mengharap upah, selain upah dari sisi Allah.
Semoga dengan ini tidak ada lagi banjir atau gempa tahunan, lima tahunan dan
seterusnya. Allah telah memberi kesempatan kepada kita untuk memperbaiki
kesalahan kita sampai bencana regular tidak terjadi lagi.
Billahit
taufifiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum
Wr wb.