Puisi-Puisi
Fathor Razi
Tetaplah Setia Membuka Sudut Kabar Peristiwa
kita tetap setia membuka sudut-sudut kabar peristiwa
tetaplah setia membuka sudut-sudut kabar peristiwa
karena di antara fakta dan kesaksian
kita sama-sama menelusuri peta rahasia
walau pun tak jelas purnanya.
tetaplah setia membuka sudut-sudut
kabar peristiwa
sebab para pemburu berita menggenggam
ragam amunisi kata-kata membasmi para politik pendusta, yang suka menyenilap dan kerap bermain mata
di balik liputan massa.
tetaplah setia membuka sudut-sudut
peristiwa
kita terlahir menjadi panglima perang
menikam punggawa karbitan,
yang meneriakkan, melempar kesalahannya
sendiri pada orang lain.
tetaplah setia membuka sudut-sudut
peristiwa
walau pun di antara buah simalakama,
kita cumbui butir-butir kebuntuan jarak
waktu
menakarkan abjad-abjad asing
membangunkan tiap keterlelapan “macam
lupa”
agar tak tergiring ke dalam tubir
jurang kebungkaman.
Jogja
2012
Ah, ketidakpastianmu
telah lama aku menjadi musafir cinta
yang berakhir di antara dermaga dusta
di pelataran hati yang kian mengkarat
sebab hembusan angin rindu kian ngilu
di peraduan irama para pujangga
ah, kutahu antara suka dan duka
kita sama-sama menafsirkan ketiadaan
sehingga semangkok kata-kata tumpah,
tak terurus lagi
ah, tiap tatapanku hampa, nestapa di abjad senja
pada bingkai-bingkai tembok yang kulupa
pada jarak kerinduanku,
aku diam namun pikiranku tetap bercabang.
ah, ketidakpastianmu
kini menjadi benalu dalam diri
Jogja 2013
Kenangan Kita Bertebar Sapa
dalam larut waktu yang merindu
kenangan kita bertebar sapa, kawan
tergoda pada rangkul semangat jiwa.
lama kita terbakar pada bait-bait nyanyian sunyi itu
dari rahim kita, meleburkan gesekan macam sajak-sajak.
ya, di meja perkacapan ini kita saling memaknai arti
di mana pecahannya saling mempersilakan rimbun rasa
paksa.
mari seduh riak hati, pada nyala api-api
biarkan lelap layang-layang mimpi.
kita saling berseru atas petuah, dan berkilahlah
pada tiap kecemasan; yang terindah.
mari kita tebarkan bisikan-bisikan desir kata-kata yang
tersembunyi,
menenggelamkan larut waktu yang terus merindu.
Jogja, 2012
Semacam Sajak
mimpi yang memangku
membuat diriku nyayup rindu
warna-warni dalam bening mata
terlihat gelisah disana
selang mimpi kabur menabur
dalam lahan nafas tersengal
tergoda aku dalam titik tawa
berlari kujejalahi desir kata
bisu di tengah ruang ilusi
Jogja 2013
Tentang sebuah Kabar
/1/ pada yang tak tebaca mula-mula
terlepas dari pandangan, hingga
suatu dekat menjadi jauh
suatu hal mudah menjadi sulit
suatu hal yang lembut menjadi kasar
suatu hal yang mencerahkan menjadi kegelapan
pada hal mungkin menjadi musykil
jadilah batu waktu.
/2/ bila telah sampai kabar tentangku
janganlah serupakan aku menjadi badai matahari
karena aku tetap menjadi salju menyejuk duka
janganlah serupakan aku menjadi gerhana bulan
karena aku tetap menjadi idaman menentramkan
yang membelah keangkuhan
ibarat air mengalir dengan tenangnya.
/3/ terdengar kabar-kabar yang membisingkan telinga
namun ada satu penguat untuk kutelan manfaatnya
sebab, seratus kabar, telah membuat telingan menjadi tuli
mata menjadi buta, laku menjadi tipu muslihat pada
tugu-tugu waktu
kini dalam dekap doa, rinai mata membelah kesunyian tabir
malam
kutahu tahun-tahun gugur seiring umur kita makin renta.
Jogja, 2012
Invisible Hand
sejumlah
angka-angka di altar kuasa
memendam rasa
tertelan hambar
di terjal
fatamorgana
sampai gontai
memelit,
menggorok
ghirah riak nurani
sang dara muda.
gelombang matahari
kini berwarna pekat
menelurkan isyarat
sunyi
beku dalam terali
gugur dalam hablur
terkaparlah ruang
harap.
hanya
grafik-grafik binar mata yang rinai
dijajah pemulung
materi
menjadi halimun
hantarkan halilintar.
tak perlu beringas
di ladang sendiri
apalagi menunggu
akarnya
mati suri di
jantung hayati
di negeri sendiri.
Teratai Asri, Jogja 2012
---------------------------------------------------------------------------------