Oleh Wahyu Eko Sasmito
Judul Buku : Cara-cara Belajar
Ilmuan-ilmuan Muslim Pencetus Sains-sains Canggih Modern
Penulis :
M. Yusuf Abdurrahman
Penerbit :
DIVA Press, Jogjakarta
Cetakan :
Pertama, Maret 2013
Tebal :
283 halaman
ISBN :
978-602-7724-32-7
Saat ini, kita hidup di dunia yang serba
digital dan teknologi yang canggih. Segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup
kita, hampir semuanya berhubungan dengan teknologi dan sains. Kebanyakan
masyarakat terutama para pelajar, beranggapan bahwa semua itu dapat terjadi
karena jasa orang-orang Barat. Hal ini dikarenakan, dalam proses pembelajarannya
di sekolah mereka selalu dikenalkan dengan nama orang-orang Barat sebagai
penemu dari segala bidang ilmu pengetahuan dan sains tersebut. Padahal,
semua itu merupakan hal yang
salah-kaprah.
Sejarah keilmuan yang telah diajarkan kepada
mereka telah didistorsi sedemikian rupa oleh orang-orang Barat. Mereka
(orang-orang Barat) tak pernah mau mengakui dan bahkan menutup-nutupi
kontribusi yang diberikan oleh ilmuan muslim terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains modern. Selebihnya, mereka cenderung mengklaim penemuan
dan karya-karya ilmuan muslim sebagai penemuan dan hasil karyannya. Perlu
diingat, sejatinya orang-orang islamlah yang pertama kali menemukan dan
mengembangkan beragam ilmu pengetahuan selama ini. Selanjutnya, orang-orang
Barat hanya belajar dari penemuan dan karya-karya para ilmuan muslim.
Melaui buku Cara-cara Belajar Ilmuan-ilmuan
Muslim Pencetus Sains-sains Canggih Modern ini, M. Yusuf Abdurrahman mampu
mengungkap kebenaran sejarah para ilmuan muslim tentang kontribusinya yang
telah disumbangkan kepada dunia Barat. Dalam hal ini, Abdurrahman mengutip
pendapat Mehdi Nakosteen (1995) yang mengatakan beberapa kontribusi
ilmuan-ilmuan muslim bagi dunia Barat, bahkan sanis modern, terdapat dalam
bidang-bidang sebagai berikut: astronomi, matematika, fisika, kimia, ilmu
hayat, kedokteran, filsafat, sastra, goegrafi dan sejarah, sosiologi dan ilmu
politik, arsitektur dan seni rupa, serta musik (hlm. 16-22).
Di dalam buku ini, Abdurrahman juga menguak fakta
dan realita tentang ilmu pengetahuan dan sains modern yang ada di lingkungan
masyarakat kita saat ini. Maksudnya, ilmu pengetahuan dan sains yang faktanya
ditemukan oleh ilmuan-ilmuan muslim lebih dahulu, kemudian penemuan tersebut
menjadi inspirasi atau bahkan dikalim oleh orang-orang Barat pada beberapa
tahun berikutnya.
Sekedar contoh, realita yang terjadi di
masyarakat, terutama di lingkungan para pembelajar saat ini, pada abad-17,
Isaac Newton menemukan bahwa sinar putih terdiri dari campuran pancaran sinar
berwarna-warni. Faktanya, hal ini telah dikemukakan oleh Ibnu Haitham pada abad
ke-11 dan Kamalludin pada abad ke-14 (hlm. 24). Di samping itu, mereka berdua
juga menemukan kamera obscura yang kali pertama diperkenalkan di Barat
oleh Joseph Kepler (1571 M-1630 M). Pada tahun 1827 M, kamera obscura
ini mampu menginspirasi Joseph Nicephore Niepce di Prancis dalam menciptakan
kamera permanen. Sekitar 60 tahun kemudian, George Eastman mengembangkan kamera
yang lebih canggih pada zamannya. Sejak saat itulah, kamera terus berubah
mengikuti perkembangan teknologi hingga sekarang ini (hlm. 53).
Pada tahun 1206 M, Ibnu Ismail al-Jazari telah mampu menciptakan
robot manusia (humanoid) yang bisa diprogram, jauh sebelum Leonardo da Vinci
dari Italia sanggup merancang robotnya pada tahun 1478 M, yang realitanya
selama ini ia diklaim sebagai perintis robot pertama (hlm. 116).
Dalam bidang kedokteran, Az-Zahrawi (Abulcasis)
mengarang kitab At-Tasrif. Kitab ini sangat terkenal, bahkan menjadi
referensi orang-orang Barat selama berabad-abad lamanya. Salah satu pesan yang
disampaikan oleh Az-Zahrawi melalui kitab ini adalah mengingatkan kepada para
muridnya tentang pentingnya membangun hubungan yang baik dengan pasien. Menurut
Az-Zahrawi, seorang dokter yang baik harus melayani pasiennya sebaik mungkin
tanpa membedakan status sosial.
Kemudian, ia juga sering mengingatkan agar para dokter untuk berpegang pada norma dan kode etik
kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan
materi (hlm. 123). Mungkin, pesan ini patut untuk diperhatikan sekaligus
dipraktekkan oleh para dokter di negara kita, yang dewasa ini sering
mendapatkan cibiran dari masyarakat terkait dengan tarif yang mahal, pelayanan
dan berbagai masalah lainnya.
Selain contoh di atas, sebenarnya masih banyak
lagi ilmuan-ilmuan muslim yang dibahas di dalam buku Cara-cara Belajar
Ilmuan-ilmuan Muslim Pencetus Sains-sains Canggih Modern ini, terkait
tentang beberapa hasil karyanya dan aplikasi pemikiran serta gagasannya ke
dalam kehidupan sekarang ini. Seperti; Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi,
Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Ishak al-Kindi, Abu Nashr
al-Farabi, Ibnu Nafis, Umar Khayyam, Ibnu Bajjah, Nashiruddin ath-Thusi, Ulugh
Beigh dan Abu al-Fida.
Buku ini sangat menarik untuk disimak khususnya
bagi para pembelajar karena di dalamnya terkandung banyak khazanah keilmuan
yang baru, terutama dalam bidang IPTEK dan sains. Selebihnya, kehadiran buku
ini diharapkan mampu membuka mata kita kembali yang selama ini telah tertutup
kabut pembodohan sejarah oleh orang-orang Barat terhadap ilmuan-ilmuan muslim.
Wahyu Eko Sasmito, mahasiswa
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab (Sastra dan Humaniora), UIN Sunan
Ampel, Surabaya.