Oleh Eko Wahyudi
Judul Buku : DESAIN BELAJAR MENGAJAR KREATIF BERBASIS
SAINS
Penulis :
Sitiatava Rizema Putra
Editor :
Nadia Putri
Penerbit :
Diva Press, Yogyakarta
Cetakan :
Pertama, April 2013
Tebal :
286 halaman
ISBN :
978 – 602 – 7968 – 01 – 1
Sampai hari ini
guru dalam menyampaikan pembelajaran masih dinilai klasik. Kebanyakan dengan
metode ceramah, sehingga
pembelajaran masih berpusat pada guru. Peserta didik hanya dijadikan objek
pembelajaran. Munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) hingga direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
diharapkan terjadinya perubahan
proses pembelajaran. Siswa diharuskan menjadi subjek (aktif) dalam pembelajaran.
Namun, hal itu masih sebatas konsep. Sampai munculnya draf perubahan kurikulum
2013 ini pun pola pembelajaran tidak banyak mengalami perubahan yang
signifikan. Apalagi “momok” Ujian
Nasional masih menjadi beban yang berat bagi seluruh elemen pendidikan.
Sitiatava Rizema
Putra (2013) menawarkan panduan dalam menyusun pembelajaran yang kreatif
berbasis sains. Pembelajaran sains, menurutnya bukan berarti pendekatan dalam
konsep eksakta seperti Matemtika, Fisika, Biologi, dan ilmu-ilmu alam lainnya. Tetapi
sebuah metode sistematis, rasional, dan ilmiah. Pendeknya metode ini
menggunakan pendekatan proses dalam pembelajaran.
Pembelajaran
dalam arti luas merupakan interaksi dua arah antara guru dengan siswa yang
menggunakan teori dan praktik dengan memperhatikan unsur manusiawi, materi,
fasilitas, dan prosedur yang saling mempengaruhi demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Sering kali hal itu diabaikan karena beban kurikulum yang padat
dan hasil pembelajaran yang harus dicapai tuntas minimal. Jadi, dalam ranah
pembelajaran semestinya menyinergikan antara proses, penilaian, dan hasil agar
diperoleh lulusan yang berimbang.
Konsep
pembelajaran kreatif dengan berbasis sains ini menurut Sitiatava adalah pelibatan siswa secara aktif dalam aktivitas
pembelajaran melalui bimbingan guru, siswa diharapkan mampu menemukan jawaban
atas masalah yang muncul, siswa perlu dilatih untuk melakukan tindakan dan
merefleksikannya, serta kreatifitas guru dalam memilih model/pendekatan
pembelajaran. (hlm. 61).
Dengan begitu, kegiatan pembelajaran secara otomatis akan berjalan
dengan aktif kreatif, efektif,
menyenangkan, gembira dan berbobot atau yang sering dikenal dengan istilah Paikem Gembrot. Sejalan dengan itu
pembelajaran juga akan mendukung konsep yang diluncurkan oleh Unesco bahwa
pembelajaran harus didasari oleh empat pilar yaitu leraning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar melakukan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), dan learning to life together (belajar untuk
kehidupan bersama di tengah masyarakat.
Buku ini disusun
untuk menyederhanakan sekian banyak konsep pembelajaran yang selama ini sulit
untuk diserap oleh pelaku pendidikan (guru). Pilihan font yang ringan daya serap oleh mata, spasi ganda, dan sistematika
penulisan yang berurutan menjadikan enak untuk dikonsumsi bagi pendidik. Tidak
lupa Sitiatava juga melampirkan beberapa metode pembelajaran pilihan yang dapat
digunakan oleh guru. Informasi seputar metode dan konsep pembelajaran ini agaknya
perlu diapresiasi agar pembelajaran tidak selalu bergantung pada hasil (baca: UN).
Eko Wahyudi, S.Pd.,
Guru SMP Negeri 1 Karangsambung Kebumen