Oleh Moh.
Romadlon
Judul
Buku : Tutorial Mengajar Untuk
Melecitkan Otak Kanan dan Kiri
Penulis : Ahmad Faidi
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, Agustus 2013
ISBN : 978-602-255-186-7
Dalam mengajar, guru tidak cukup hanya
menjelaskan materi pelajaran semata, tapi harus membuat siswa mampu
mendayagunakan dan mengoptimalkan kekuatan dan fungsi otaknya dengan baik. Ini
penting, agar aktivitas belajar bukan proses yang berhenti di dalam kelas saja
melainkan merupakan proses yang berkelanjutan hingga di luar kelas.
Oleh karena itu, seorang guru harus bisa
mengoptimalkan kerja belahan otak kanan dan kiri para siswa. Mereka harus
menggunakan metode mengajar yang berbasis
otak atau brain-based learning. Untuk
mempermudah penerapan metode ini di lapangan, menurut Sapa’at (2007) ada 3 strategi
penting yang harus dijalankan seorang guru, yaitu harus menciptakan lingkungan
belajar yang menantang kemampuan berfikir siswa, harus menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan, dan juga menciptakan situasi pembelajaran yang aktif
dan bermakna bagi siswa. (hlm. 37-38).
Dan, salah satunya, rumusan yang bisa
diterapkan seorang guru PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Model ini menggambarkan keseluruhan proses belajar-mengajar
yang berlangsung menyenangkan dengan melibatkan siswa untuk selalu aktif di
dalam proses tersebut. Konsep ini pun mengilhami munculnya model-model baru,
diantaranya STM (Sains Teknologi Masyarakat), RANI (Ramah, Terbuka, dan Komunikatif),
dll. (hlm.127-128).
Namun PAIKEM baru bisa efektif
dijalankan dengan syarat tenaga pengajar mampu melakukan pendekatan, interaksi,
dan komunikasi khusus dengan para siswa. Dalam melakukan pendekatan tersebut, guru
dituntut mengenali kepribadian masing-masing siswa, memahami sikap dan
perkembangan kecerdasan mereka, mampu memanfaatkan semua bentuk perilaku, serta
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dalam memecahkan masalah, dll
(hlm.133-141).
Lebih jauh, untuk merangsang kerja otak
kanan dan kiri, guru bukan saja harus selalu kreatif dalam bahan ajar maupun
cara penyampaian, namun juga sampai pada level penataan ruang. Kalau di kelas
tradisional guru menjadi pusat pembelajaran sehingga tempat duduk siswa semua
menghadap ke arahnya, maka sudah saatnya ini harus diubah. Guru tidak lagi jadi
pusat, tetapi para siswalah yang menjadi pusatnya.
Selain mengatur tempat duduk, guru juga
bisa mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang menarik serta
menyediakan “pojok baca”, yakni semacam bank data atau tabel yang ditempel di
dinding yang menyediakan bacaan atau referensi pembelajaran siswa. Selanjutnya,
mereka harus diajak berbuat, tidak hanya mendengarkan materi, tapi juga dilatih
belajar berpraktik.(hlm. 167-168).
Jika dihadapkan pada materi
pembelajaran bernuansa otak kiri, kreatifitas guru masih dituntut lebih. Di
sini guru harus memperhatikan wilayah otak kanan juga dengan “memperkerjakaan”
otak kanan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: lingkungan,
gerakan dan olahraga, musik, permainan, peta pikiran, dan penampilan guru.
Berdasarkan hal itu , strategi pembelajaran yang kemudian dikembangkan adalah
dengan menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa,
menyajikan pembelajaran yang menarik, melakukan eksperimen, membangkitkan alfa
otak siswa, dll.(hlm. 178-182).
Sementara, teknik pengembangan otak
kanan dalam proses pembelajaran menurut Linda V. William dapat ditempuh melalui
teknik berpikir visual, fantasi, bahasa, evokatif, pengalaman langsung, pembelajaran
multisensoris, dan musik.(183-187).
Sedang menurut Daniel H. Pink ada
beberapa teknis lain yang juga bisa ditempuh, yaitu melatih kecerdasan desain,
cerita, simfoni, empati, permainan, dan kecerdasan makna, (hlm. 220-255).
Masih ada banyak teknis dan metode lain
yang disuguhkan dalam buku ini yang mesti dipahami betul oleh seorang pengajar.
Dengan satu tujuan, yakni agar pada guru mengerti betul apa yang sebenarnya
dibutuhkan para siswa, karena hanya dengan itu siswa akan mampu mengoptimalkan
kinerja otak mereka dengan segala kreatifitasnya.
Moh. Romadlon, tinggal di
Kebumen