Puisi
Luka Yang
Cantik
Petang lalu
kau memintaku menutup pintu
Pintu neraka
dari kamarku
Jantung retak
saat jarum jatuh di jidatmu
Lalu kau gali
sumur di mataku
Petang ini
dewa sunyi menghuni tubuhku
Meminum darah
dan nafasku dengan dinginmu
***
Sebelum siang
kau datang bawa mawar
Menusukan durinya
ke lidahku
Kau berbisik
lembut. Aku hanyut
“Bisulah
engkau cintaku, bisulah selamanya.”
Nikmat cekik
tangan cintamu
di leherku
yang rindu kecupan maut
2013
Nyanyian Yang Kelak Musnah
aku datang
pada kuning pagi
dan wajahmu
mencipta semesta
ingin aku
tumbuh sebagai alang-alang
di sepetak
tanah mula asal penciptaan
aku hadir
sebagai kecup
dan aroma
zaitun lehermu
menebus
dosa-dosa rindu
di jantungku detak menyebutmu
aku menjelma
luka cinta bulan desember
meneguk darah
basah kiriman dari neraka
ingin aku
hanyut bersama panas alirmu
menjadi logam
mulia di dinding surga
aku kini dan
kelak menghadirimu
sebagai rupa
dan bentuk tanah yang disucikan
bertakdir
rusuk ganjil di gigil kitab-kitab
ingin aku
abadi di batu jiwamu
Yogyakarta,
2012-2013
Bibir Buah
Penyair
Menjadi
penyair
Aku tak
mengerti sampai usia memutih
Sampai ia tak
akan pernah terpahami
Aku si miskin
yang mau kaya
Tetapi
bercita-cita menjadi penyair
Mempekerjakan
anak-anak kata-kata
Memperbudak
hantu-hantu imajinasi
Arwah-arwah
gentayangan di atas kertas
Berjalan lalu
menari sambil menyanyikan lagu komedi
Benda-benda di
sekitar tertawa
Dan
orang-orang pergi menyimpan dunia
2012
Malam Paku
Alaman
Bersandar di
tiang lampu mercury
Di bawah
separuh bulan sepi
Aku menatap
langit sendiri
Pada dingin
lembut
Aku bicara
pada maut
Sambil
menggerai rambut
“di akar-akar
gantung beringin
Kehidupan
menjalar bersama angin”
2011-2013
Tubuh Yang Tolol
cemas tumpah
ke dalam botol
manis ricik
soda ritmis darah
aku menjadi
botol
tubuh yang
tolol
kau genggam
untuk ditinggal
aku sengat kau
sunyi menyayat
langit malam
bulan maret memerah
darahmu
berdesir di kedalamanku
Yogyakarta,
maret 2013
Gelap Itu Cahaya
Gelap itu,
Guguran daunan
jati di kebun belakang
Kamboja layu
di pemakaman
Gelap itu,
Dua musim
rukun sumber kehidupan tanah air
Dari sabang
sampai merauke yang dibanjiri janji-janji
Gelap itu,
Labirin hitam
penghuni dewa-dewa durjana
2012-2013
Selendang
Sulaiman,
lahir di Pajhagungan, Madura. Mahasiswa Sejarah dan
Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Puisinya dimuat diberbagai Media Masa; Seputar
Indonesia, Suara karya, Minggu Pagi, Metro Riau, Majalah Sagang, dll.
Beberapa antologi Puisi bersamanya; Mazhab Kutub (Pustaka Pujangga 2010), 50 Penyair Membaca Jogja; Suluk Mataram
(MP 2011), Bima Membara (HMP 2012), Satu Kata Istimewa (Ombak 2012). Igau Danau (Sanggar Imaji, 2012), Dialog Tanian Lanjhang (Majelis Sastra
Madura, 2012)