Puisi
Di
Dapur Cinta
_novitasari
“Sudah lenzatkah menu hari ini”
dengan senyum yang merekah di bibir
tipismu
aku meraba halus pipimu
sungguh ini menu terlezat yang aku
sajikan
teringat dengan menu-menumu sepekan
aku mengeja segala jasad
aku bertamasya pada pekat
kita bercanda
dalam kata
bercerita penuh tawa
di dapur cinta
kita melakukan semua
“Ketika
nanti pasti akan terjadi yang seperti ini”
Cerita
Sore
_laylatussa’adah
hari berlari secepat daun-daun menari
kau pun menangisi
dalam pelukan leguh sesal
atas jagal-jagal
keperempuanmu tergadaikan
untuk sebuah kebahagiaan
cerita sore ini
akan menjadi angin-angin lalu
benalu
batu
membatu
biru membiru
kau punya tubuh
dengan lelah dalam leguh
tumbuh dalam peluh
cinta terbunuh
Perempuan
Messalina
_nurul
hikmah r. oktiana
kau berbangga dengan sapa-sapa
dari siapa-siapa
dari mereka-mereka
yang pernah mendaki-menaiki
surga-surga gua garba
surga-surga dunia
bertebaran dari kau
ditawar-menawarkan
penuh bahagia
Kidung
Subuh
1
setelah senja dan malam merutuki
kau berceloteh berkoar-koar dengan sadar mati
kau bicara kesamaan
kau diskusikan kemapanan
kau amnesia dalam kurungan
peradaban
2
subuh berlari tanpa henti
merajai segala elegi
ingin menggapai matahari
memberangus emosi
mengutuk sesat
dalam kasat
3
Ning
kabar terbit perputaran orbit
tak akan terelakkan
sikapmu adalah hatimu
ayumu adalah cuap ucapmu
kidung subuh saat berlabuh
pada jiwa-jiwa teduh
peneduh
4
kau terlalu umbar dari segala
kau juga bukan mesalina
kau adalah perawan
yang telah menanti akan pinangan
Ning
bahagia sesepi datang
setelah senja dan malam merutuki
kau berceloteh berkoar-koar dengan sadar mati
kau bicara kesamaan
kau diskusikan kemapanan
kau amnesia dalam kurungan
peradaban
2
subuh berlari tanpa henti
merajai segala elegi
ingin menggapai matahari
memberangus emosi
mengutuk sesat
dalam kasat
3
Ning
kabar terbit perputaran orbit
tak akan terelakkan
sikapmu adalah hatimu
ayumu adalah cuap ucapmu
kidung subuh saat berlabuh
pada jiwa-jiwa teduh
peneduh
4
kau terlalu umbar dari segala
kau juga bukan mesalina
kau adalah perawan
yang telah menanti akan pinangan
Ning
bahagia sesepi datang
Niam
At-Majha,
nama pena Khoirun Niam. Lahir 30 Desember 1987. Tinggal di Mojo Jatenan Cluwak
Pati. Anggota FLP-Pati (Forum Lingkar Pena). Ikut TELA BAKAR
Pati (Temu Latihan Bahas Karya).Merintis Rumah Pintar Kaca Baca di tempat
kelahirannya dan merintis majalah SAMIN ( Sastra Mina) bersama Chipz Mirza
Sastroatmodjo. Karyanya antara lain dihasilkan
dalam antologi Cinta Sedarah (LeutikaPrio, 2012), Ketika Dewi Takut
Hantu (NulisBuku, 2012), Ayat-ayat Ramadhan (Ag Publising, 2012), Saksi Bisu Cinta (Deka Publising, 2012) dan
sekarang sedang menyiapkan dua novel: Akulah Kambing Hitam dan Sayang;
Jogja Menunggu Kita.