Puisi
Perempuan itu
Bibir merekah darah
kata yang terangkai dari imaji
menandai kening lapang.
Perempuan itu berdiri tegak
menghadap ke timur
jika malam tiba selalu gelisahkan dadanya,
lantaran takut kering
air susu yang mengalir itu menjadi
jawaban atas tangisan
karena di situlah tersimpan harmoni
kesetiaan berlindung bersama.
Penjajahan meninabobokkan perempuan
namun seorang perempuan
Mengisi
Mengasah
Mengasuh
Perempuan itu berbuat dengan kasih
Perempuan itu menulis atas asih
Perempuan itu lari walau tanpa kaki
Perempuan itu bekerja meski tak
bersenjata.
Yogyakarta, Mei 2013
Kepastian
Perpisahan adalah kepastian
berpisah menyudutkan pada dinding
keabadian
berjalanlah walau tanpa alamat
teruskanlah apa yang menjadi harapan
diam dan bicara hanya mengingatkan
pada kemandulan
setia menderita untuk menjemput bahagia.
Sajak sajak kesibukanku terselib
nama-nama tanpa abjad
kau ada dikala riang tangis
di antara rengekan
hujan
di antara keluh
kesah
di antara makan dan
lapar
bukan resah dalam cemas, tetapi hidup yang hidup pada masanya
yakin pada almanak yang menandai diri atas diri.
Yogyakarta,
April 2013
Pada cermin aku mengatupkan diri
Pada diri yang tak tahu kemana
Pada kaca aku bercermin
Mix Max tersedu sehabis gerimis
Aku melayang dari diri
Bibirku getar mengingat jalan terjal
Memandangi biru
Mimpi membual menelan sekian kesal
Pada kemarau kuisyaratkan rindu
oh...
Ruang bibir meredam diri
aku tinggal pada rasa diri
Mix.. aku sampai dari mencoba
Max.. kini terbawa aroma lepas
Yogyakarta, 2013
Bila
Bila airmata ini jadi laut dan tumpah ke dalam sebuah mimpi
jangan kau memaknai dengan luka
barangkali air mata mengajari kebahagiaan.
Jeritan adalah bagian deru jiwa, dimana rindu hendak mengguncang?
derita adalah nyanyian jalanan
tak akan berhenti meski usang
bumi menunggu keringat jatuh tertimbun
lalu akan dikemanakan naluri dari lima sifat
Bila kepercayaan digadaikan
kemana hendak bertaruh atas pertanggungjawaban
kelak bila caraku tak sampai pada jawaban
maka aswaja jawabannya
Yogyakarta 2013
--------------------------------------
Nazil Using. Lahir di Banyuwangi, 15 April 1990. Mahasiswi jurusan Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beberapa puisinya
dimuat di Radar Banyuwangi, buletin, kumpulan puisi sanggar Teater ESKA dan
antologi bersama sanggar seni Az-Zahra. Kini bergiat di komunitas sastra Rudal dan sanggar Teater ESKA Yogyakarta.