Puisi
Patah*
pada jarak masa kanak,
mengingatkanku pada sepasang sepatu
hias
yang masih belajar menghitung langkah
bersama bayang-bayang memanjang
mengiringi langkah sepasang pengantin
kau biarkan rambutku tergerai
melebihi kisahmu tentang sisir, tentang
sanggul melati, dan manik-manik kebaya
yang membiaskan cahaya do’a
sambil lalu kau tembangkan
lagu pengantin
bagi usiaku yang ranum, siap dipetik
dari tangkai kelahiran
Jogja,
2013
*sebuah istilah dalam bahasa Jawa untuk
menyebut dua anak kecil perempuan yang menyertai pengantin.
Perjamuan
Rasa
sebab bagiku,
pertemuan ialah takdir ajaib
tetapi mengapa tidak bagimu?
perasaan yang menjelma penyakit
yang tidak bisa terobati
kecuali dengan puisi yang selalu gagal
memanjatkan arti
lantaran belum juga kautemukan
sebuah kesedihan menjelma bunga
melukis kisah keharuman sendiri
dari sepotong kain yang tak sanggup
menutup kenaifanmu
Jogja,
2013
Nafas
Puisi
kutemukan puisi dalam dompetmu
kuambil, lalu kubaca
tiba-tiba kuteringat nafas puisi
pada getaran diksi yang membuat
lunak benak ini
perlahan seprai dan bantalku basah
ketika kurebahkan tubuh pasrahku ini
di sini,
suaraku menjadi tangisan paling asing
sejak kukenal bunga rampai puisi
yang kuinapkan dalam almari
kekasihku pasti marah
katanya dengan senyum memerah
seketika, dua pasang mata kita beradu
tatap
aku semakin dekat, dia pun merapat
dan kita pun saling berucap, puisi
memanggil ingatan diri
dari negeri-negeri yang jauh
Jogja,
2013
Lagu Pejalan Kaki
: penghujung tahun 2012
aku mendengar ricik air mata
roda-roda bus itu terus berputar,
dia telah mengantarkanmu pulang
dan kembali, kembali dan pulang
di penghujung tahun ini,
kita saling menggenapkan sepi
membunuh masa lalu
dengan bernyanyi dan berpesta
ada orang menghidupkan masa depan
dengan menamai waktu yang baru lahir;
setiap pergantian tahun ia menghilang
dalam nama-nama keabadian
entahlah, masihkah ada lagu pejalan
kaki
di musim hujan ini?
aku meninabobokkan
hari esok
dengan sepasang mata terpejam
di penghujung tahun,
namun masih saja
kulihat roda-roda bus itu terus
berputar
menandai setiap kepulangan
yang pasti akan kembali
Jogja,
2012
Anis Samara, lahir di Jakarta pada 11 Juli 1992. Mahasiswi Tafsir dan Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini karyanya pernah dimuat di media cetak maupun online, diantaranya bulletin Amanah, Arena, Djournal, Humaniush, Kedaulatan Rakyat, Kompas.Com, Shoufana, Wall Magazine, dll. Kini, bergiat di Komunitas Rudal, Masyarakat Bawah Pohon dan Matapena, di Yogyakarta.