Semarang-WAWASANews.com
Aula SMA 8 Semarang: Semarak Ngaji Seputar Puasa (Foto: Zubair/ WAWASANews.com) |
Untuk
mengisi kegiatan bulan Ramadhan, SMA Negeri 8 kecamatan Tugu, Semarang
mengadakan kegiatan Pesantren Kilat. Acara ini berlangsung selama 3 hari, Kamis-Sabtu
(18-19/7). Muhammad Faiq, anggota Rohani Islam (Rohis) yang juga ketua panitia,
menuturkan, kegiatan tersebut bertujuan mendidik akhlak para siswa dengan
tambahan pelajaran agama.
Faiq
mengungkapkan, Pesantren Kilat merupakan agenda tahunan yang diadakan SMAN 8
setiap bulan Ramadhan. Tetapi tidak seperti tahun lalu yang diisi oleh para
guru, pesantren kilat tahun ini mendatangkan narasumber dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Inside.com. “Teman-teman banyak yang tertarik dengan
suasana baru ini,” ungkap Faiq.
Pesantren
kilat ini terdiri atas tiga sesi tiap harinya. Sesi pertama pagi sampai siang yang
diisi oleh Ateng Ghozali, Sekretaris MUI Jawa Tengah. Setelah itu dilanjutkan
dengan materi dari Inside.com dan yang terakhir adalah muhasabah bersama
Munif Huda, ustadz dari Karang Ayu, Semarang.
Di
sesi pertama, Ateng Ghozali memaparkan materi tentang fikih puasa. Dalam sesi
yang bertempat di Aula SMAN 8 itu, ia menjelaskan banyak hal yang berhubungan
dengan puasa, seperti hukum puasa, apa saja yang membatalkan puasa, sampai
metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, yaitu dengan rukyatul
hilal, istikmal, dan hisab.
Ajeng,
siswi kelas XII IPA 1, tertarik dengan materi yang disampaikan. Tapi ia sedikit
menyayangkan Ghozali yang tidak menyampaikan metode hisab. “Sayang pak Ghozali
tidak sempat menerangkan bagaimana sih hisab itu?” Tutur Ajeng.
Selain
mendapatkan materi fikih puasa, para siswa mendapatkan materi tentang birr
al-walidain dari Inside.com, lembaga yang fokus pada pendidikan moral
remaja dan anak-anak. Tidak seperti sesi fikih puasa yang bertempat di Aula,
materi birr al-walidain diberikan di kelas-kelas.
Setelah
sholat Ashar, para siswa diajak untuk melakukan muhasabah sebagai lanjutan dari
materi birr al-walidain yang disampaikan sebelumnya. Dalam acara
renungan yang berlangsung cukup khidmat itu, para siswa diajak untuk sadar
bahwa menjadi orang tua bukan pekerjaan yang mudah. Karena itu mereka tidak
boleh disakiti, apalagi didurhakai. (Zubair).