Semarang-WAWASANews.com
Ndobol: Menulis adalah mengarang. (Foto: Tafad) |
Sabtu pagi (6/7), sekitar 20-an
mahasiswa Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) dari berbagai fakultas mulai
mengikuti pendidikan jurnalistik tingkat dasar di ruang C Pascasarjana C Kampus
2. Acara yang terselenggarakan atas kerjasama Lembaga pers Mahasiswa (LPM)
Menteng Unwahas dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat
Wahid Hasyim Semarang ini merupakan acara penutup dalam serangkaian acara bertajuk
“Memaksimalkan Fungsi Pers” sehari sebelumnya.
Acara yang disponsori oleh
Yayasan Al-Anwar Semarang ini bertujuan untuk mengenalkan tentang dunia Pers
kepada mahasiswa Unwahas segaligus sebagai upaya untuk menjaring anggota baru
bagi LPM Menteng. Direktur Yayasan Al Anwar Semarang, Ali Maksum SE, dalam
sambutannya menyampaikan menjadi seorang wartawan atau penulis lepas adalah sebuah
pekerjaan yang sangat berat.
Maksum berharap acara acara
ini bisa menjadi langkah awal bagi para peserta untuk mengembangkan kemampuan
mereka dalam bidang jurnalistik. “Saya berharap setelah acara ini mahasiswa
Unwahas yang hadir disini mampu menuangkan unek-unek yang ada dalam pikirannya
menjadi tulisan yang baik sehingga dapat dibaca oleh orang lain,” katanya.
Acara ini menghadirkan
lima pembicara yang berasal dari kalangan dosen, wartawan, penulis, dan aktivis
LPM. Diantaranya Harun Ni’am (Dosen Ilmu Politik), Yanuar Aris Budiarto
(Wartawan Media Online), Umra (Aktivis LPM), Junaidi Abdul Munif (Penulis
Lepas) dan M Abdullah Badri (Penulis Buku).
Harun Ni’am dalam materinya
mengungkapkan bahwa berita itu akan menarik ketika peristiwa yang ditulis tidak
umum terjadi. “Seorang manusia digigit anjing itu bukan berita, tapi seorang
manusia yang menggigit anjing itu bisa menjadi berita”.
Harun juga mengingatkan
agar para pembaca media tidak mudah percaya dengan isi berita yang disampaikan media
karena setiap media memiliki ideologi dan kepentingan yang berbeda. “Saat ini sangat susah mencari media yang
benar-benar independen, tapi saya yakin masih ada,” ungkapnhya.
Sedangkan Junaidi Abdul
Munif yang menyampaikan materi tentang penulisan artikel menyatakan bahwa teori
menulis tanpa menulis itu sama dengan omong kosong. “Berapapun pelatihan jurnalistik
yang kita ikuti kalau kita tidak pernah praktek menulis ya gak ada gunanya,
yang penting itu prakteknya, bukan teorinya”. Abdullah Badri yang mendapat
giliran menjadi pembicara terakhir sedikit berdeda dengan para pembicara
sebelumnya. Badri lebih menceritakan tentang pengalaman pribadinya ihwal menulis.
“Orang akan dihargai dari cara
mereka berbicara. Jika tidak bisa berbicara, menulislah. Karena dengan menulis
orang bisa mengikuti jalan pikiranmu dan menjadikan tulisanmu sebagai
referensi, bahkan sebagai pedoman hidupnya” ungkap Badri yang juga pemred
WAWASANews.com. (Tafad)
Tweet Follow: @WAWASANews
Tweet Follow: @WAWASANews