Oleh Aminuddin
Googling |
“Tanyakan saja pada Mbah Google”. Kalimat seperti
inilah yang sering dilontarkan oleh teman-teman mahasiswa ketika ditanyakan
permasalahan keilmuan yang belum dipahami. Google sudah tidak asing lagi bagi
mahasiswa. Hampir Setiap referensi untuk mata kuliah lebih banyak di-search di
situs internet yang pertama kali didirikan pada 7 September 1998 ini. Saat
ini mahasiswa lebih senang mencari referensi menggunakan Google ketimbang
mencari referensi dari sumber primer, yaitu melalui buku di perpustakaan yang
disediakan pihak Kampus.
Mahasiswa sering kali mencari referensi instan
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan akademis seperti menyelesaikan tugas perkuliahan
dan skripsi. Google dinilai lebih efektif daripada membongkar rak perpustakaan
dan membolak-balik buku. Kebiasaan mencari referensi di internet sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bagi mahasiswa. Terlebih lagi,
hampir semua Kampus menyediakan Wi-Fi sebagai salah satu fasilitas untuk
kenyamanan mahasiswa.
Ironis jika intelektual sekelas mahasiswa lebih
mengedepankan Google daripada referensi buku yang ada di perpustakaan. Padahal
referensi buku lebih akurat dibandingkan dengan Google. Salah satu kelebihan
buku adalah informasi yang diberikan jauh lebih akurat, isinya dapat dipertanggungjawabkan,
isinya jauh lebih banyak, menggunakan bahasa yang sederhana dan lebih mudah
dipahami, dan masih banyak lagi keunggulannya.
Kebiasaan mencari referensi lewat Google ini merupakan dampak dari orientasi
pragmatis dalam menilai sebuah pendidikan yang sangat berseberangan
dengan visi pendidikan. Orientasi pragmatis seperti mengejar nilai bagus
memaksa mahasiswa untuk mencari jalan pintas, yaitu bertanya kepada “Mbah Google”.
Hal ini tidak sejalan dengan etika pendidikan dan merupakan bentuk degradasi
moralitas pendidikan di Indonesia.
Keberadaan mahasiswa dalam mencari referensi di
Google boleh-boleh saja dan tidak menyalahi
aturan. Akan tetapi yang perlu di garis-bawahi
adalah ketersediaan data-data di Google belum
tentu dapat dipertanggungjawabkan. Di sisi lain, keberadaan Google mempermudah mahasiswa untuk malas-malasan
membaca buku, dan mencari referensi dari sumber primer, yaitu buku. Contoh sederhananya adalah
ketika seorang mahasiswa mendapat tugas makalah atau bahkan skripsi, bisa saja
dengan mudah searching dan melakukan Copy-Paste melalui Google.
Oleh karena itu, perlu ada sinergi dari
pihak-pihak tekait, baik dari lembaga pendidikan, mahasiswa
maupun pengajar atau dosen. Lembaga
pendidikan seperti kampus harus
mampu mayediakan fasilitas primer untuk menghindari terjadinya tindak kejahatan intelektual plagiarisme. Misalnya kampus menyediakan referensi yang
memadai di perpustakaan.
Dengan demikian, mahasiswa lebih mudah menemukan sumber data primer melalui
buku yang tersedia di perpustakaan. Sedangkan dari pihak mahasiswa, adanya
kesadaran dalam memperoleh dari pengajaran instan tidak selamanya meningkatkan
kecerdasan dan kritis secara akademis. Nah, kesadaran inilah yang semestinya
ditanamkan oleh pengajar ataupun dosen. Dosen jangan hanya mengajarkan keilmuan yang
orientasinya terhadap mata pelajaran atau mata kuliah semata. Melainkan memberi
pencerahan tentang kejahatan plagiarisme.
Di samping itu, kenyamanan ruang baca bagi pengunjung juga harus diperhatikan
sehingga mahasiswa tidak malas berkunjung ke perpustakaan. Jangan sampai
perpustakaan sepi penngunjung hanya dengan alasan tempat tidak repersentatif
yang ujung-ujungnya perpustakaan beralih fungsi sebagai
tempat penyimpanan buku.
Tidak ada salahnya mencari referensi di luar fasilitas primer. Pada
kenyataanya fasilitas seperti Google memudahkan mahasiswa untuk
mencari referensi sebanyak-banyaknya. Namun, yang perlu diperhatikan adalah data-data
di Google tidak semuanya akurat. Oleh karenanya, fasilitas di perpustakaan lebih
dioptimalkan mengingat buku-buku yang tersedia lebih akurat, mendetail, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Akan lebih bagusnya lagi jika memanfaatkan kedua-duanya,
yaitu Perpustakaan dan Google.
Aminuddin,
mahasiswa Program Studi
Matematika Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta