Surat Pembaca
Oleh Nugroho Angkasa
Front
Pembela Islam (FPI) kembali membuat onar. Mereka men-sweeping sebuah toko
di Makassar. Berikut ini posting status FB Prof. Muhammad AS Hikam dan lampiran
link video CCTV di Youtube. Klik sini.
"Sebuah
bukti terang benderang bagaimana ulah anggota FPI dalam melakukan "Amar
Ma'ruf Nahi Munkar" yang direkam CCTV di sebuah toko di Makassar. Apakah
hal semacam ini layak disebut sebagai tindakan etis dan dilandasi oleh ajaran
agama Islam? Ataukah ini justru merupakan sebuah aksi pelecehan terhadap agama
yang nyata? Perilaku pendukung FPI di Makassar ini bukan saja sangat tercela
dan melawan hukum, tetapi pada saat yang sama juga melecehkan hukum negara dan
etika moral agama (Islam). Kalau di pihak Pemerintah Daerah di Makassar dan
Pemerintah Pusat di Jakarta mengatakan bukti seperti ini belum cukup untuk
mengambil tindakan thd FPI, bisa dimengerti jika dianggap sebagai
"budheg" dan pengecut! Dunia sudah melihat video CCTV ini dan
merekamnya. Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa inilah tayangan kebiadaban yang
merusak citra dan ajaran Islam. Na'udzubillah min dzalik!" (Sumber: MasHikam)
Oleh
sebab itu, jika Anda sebagai warga negara Indonesia setuju FPI segera
dibubarkan oleh pemerintahan SBY silakan turut menandatangani dan
menyebarluaskan petisi online berikut ini.
Indonesia niscaya lebih aman, damai, dan sejahtera tanpa kelompok barbarian
berkedok agama tersebut.
Akhir
kata seruan Bung Karno kian relevan, “Saudara-saudara, saya bertanya: Apakah
kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu
golongan? Mendirikan negara Indonesia Merdeka yang namanya saja Indonesia
Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi
kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu
golongan bangsawan? Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik
Saudara-saudara yang bernama Kaum Kebangsaan yang di sini, maupun
Saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan
negara yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu
negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu
golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya - tetapi “semua
buat semua!”” (Dipetik
dari pidato Bung Karno yang disampaikan pada hari lahirnya Pancasila tanggal 1
Juni 1945 di Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) di Jakarta. Merdeka!
Nugroho Angkasa,
penulis Lepas, tinggal di Jogja