Sumatera-WAWASANews.com
Gambar: Rumah Budaya Fadli Zon Foto: Edin/WAWASANews.com |
Jumat sore
kemarin (26/06), bertepatan dengan tanggal kelahiran Chairil Anwar (26 Juli
1922), Rumah Budaya Fadli Zon, Aie Angek Cottage, beralamat di Jalan Raya
Padang Panjang, Bukittinggi KM 6, Sumatera Barat, yang berlokasi di kaki pertemuan dua gunung, Singgalang dan Marapi, menyelenggarakan
kegiatan Silaturahim Ramadhan dan Peringatan 91 Tahun Chairil Anwar, seorang
penyair terkemuka Indonesia.
Dalam
acara tersebut, Evawani Alissa Chairil Anwar (putri mendiang
Chairil Anwar) meresmikan patung perunggu Chairil Anwar karya Bambang Win yang
akan dipajang di Rumah Budaya Fadli Zon.
Sejumlah
tokoh penyair dan budayawan seperti Taufiq Ismail, Iman Sholeh, Joserizal
Manua, Upita Agustin, Iyut Fitra, dan Fadli Zon membacakan berbagai puisi
karya Chairil Anwar. Ada pula musikalisasi puisi dari Jodhi Yudhono. Sebagai
puncak acara diisi konser mini “Shalawat” dari Maestro Biola
Indonesia, Idris Sardi.
“Kegiatan
ini merupakan salah satu bentuk apresiasi Rumah Budaya Fadli Zon terhadap
Chairil Anwar yang sudah berjasa dalam dunia kesusastraan Indonesia. Banyaknya
tokoh dan seniman yang terlibat dalam kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa
Chairil Anwar sangat dicintai sampai saat ini,” ujar Fadli Zon, pendiri Rumah
Budaya Fadli Zon.
Selama
hidupnya, Chairil Anwar telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70
puisi; Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh,
ditulis pada 1949. Karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang
Bekasi. Karya kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949),
kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949),
dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul
Sani dan Rivai Apin).
Tak
mengherankan jika Chairil Anwar bersama Asrul Sani dan Rivai Apin dinobatkan
oleh HB Jassin sebagai pelopor Angkatan 45 dan juga pelopor puisi modern
Indonesia. Chairil Anwar meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada usia 26
tahun.
Sementara
itu, Direktur Rumah Budaya Fadli Zon, Elvia Desita menyebutkan, Rumah Budaya
Fadli Zon diresmikan pada tanggal 4 Juni 2011. Keberadaan bangunannya
mengandung nilai sejarah dan menarik banyak perhatian berbagai kalangan dan
menambah koleksi bangunan bersejarah di Minangkabau.
“Di Rumah
Budaya Fadli Zon terdapat setidaknya lebih dari 100 keris Minangkabau yang
dikumpulkan dari berbagai daerah di Sumatera Barat selama bertahun-tahun.
Koleksi keris ini juga diresmikan keberadaannya di Rumah Budaya pada Minggu, 21
Mei 2011,” ujarnya didampingi Edin Hadzalic, Manajer The Aie Angek Cottage.
Selain
itu, ada 700-an lebih judul buku bersejarah yang bertemakan Minang, dan pelbagai
koleksi peninggalan sejarah kuno, seperti Keris Luk Sembilan asal Pagaruyung
yang dibuat pada abad 18, songket lama, serta sejumlah lukisan kuno.
“Termasuk
fosil kerbau berusia dua juta tahun dan fosil-fosil kayu yang telah menjadi
batu yang diletakkan di Rumah Budaya ini,” katanya. (Edin)