Oleh M. Hanifan Muslimin
Judul buku : Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat
Penulis : Drs. KH. Slamet Hambali, M,Si
Penerbit : Pustaka Ilmu
Cetakan : Pertama, Januari 2013
Tebal : xii + 174 halaman
ISBN : 978-602-7853-09-6
Harga : Rp 35.000,-
Teknologi banyak
memberikan manfaat dalam mendukung Ibadah. Misalnya Theodolit, alat ini
sebenarnya fungsinya untuk mengukur jalan. Akan tetapi, di sisi lain,
oleh Ahli Falak dimanfaatkan untuk mengukur arah kiblat. Teknologi ini dipandang lebih akurat dari metode sebelumnya karena tingkat keakurasianya mencapai sepersekian detik.
Arah kiblat merupakan arah terdekat
menuju ka’bah melalui lingkaran besar bola bumi. Menghadap kiblat hukumnya wajib
karena ia merupakan salah satu syarat sah shalat. Tapi realita di
lapangan masih banyak masjid-masjid di Indonesia
yang melenceng dari Ka’bah.
Dalam
buku Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, penulis meneliti dan menyimpulkan
bahwa mayoritas masjid-masjid di Jawa Tengah arah kiblatnya melenceng dari yang semestinya. Padahal apabila melenceng
satu derajat ditarik lurus ke arah kiblat saja, hasil selisihnya mencapai
111 derajat. Kemelencengan masjid-masjid itu,
bervariasi. Ada yang kurang ke arah
utara dan ada yang kurang ke selatan walau
mayoritas kurang sedikit
mengarah utara. Sementara, kemelencengan sudutnya ada yang hanya 0 derajat 4 menit, yaitu Masjid Agung
Jepara, bahkan ada yang terbesar kemelencenganya sampai 29
derajat 30 menit, yakni Masjid Agung Sukoharjo, sehingga kiblatnya menghadap ke barat
selatan. (hlm. 3).
Penulis buku menyatakan
penyimpangan arah kiblat masjid-masjid di Jawa Tengah itu tidak lain adalah
kesalahan pengukuran awal, bukan karena pengaruh gerak lempeng bumi sebagaimana
berita yang sering muncul di media. Ada kemungkinan pengukuran awal arah kiblat
masjid-masjid itu dilakukan menggunakan kompas. Sedangkan kompas sendiri
bervariatif macamnya, ada yang yang menggunakan lingkaran 360 derajat dan ada
juga yang menggunakan lingkaran 40 derajat, sebagaimana kompas
kiblat pada umumnya.
Mengukur
kiblat menggunakan kompas mempunyai kelemahan,
diantaranya adalah jarum utara kompas tidak selalu mengarah ke utara sesungguhnya, melainkan mengarah ke kutub utara magnet bumi, di mana antara kutub utara bumi dan kutub utara magnet bumi
terkadang berimpit dan terkadang tidak berimpit, yang tentu memerlukan koreksi magnetic
declination. Jika di sekeliling kompas ada medan magnet, maka jarum kompas
akan bergeser menuju medan magnet tersebut.
Banyak
metode dalam menentukan arah kiblat. Pertama,
metode pengukuran menggunakan alat bantu kompas. Kedua, pengukuran menggunakan tongkat istiwak
dengan mengambil bayangan matahari sebelum zawal dan sesudah zawal. Ketiga, metode pengukuran arah kiblat menggunakan rasydul qiblat global. Keempat, penggukuran menggunakan alat bantu theodolit dari posisi matahari.
Dari sekian banyak metode ada, satu metode lagi yang belum biasa dilakukan dan melalui
buku ini, penulis memperkenalkan sebuah metode pengukuran arah kiblat yang
diangkat dari sebuah tesis dengan judul ”Metode
Pengukuran Arah Kiblat
dengan Segitiga Siku-Siku
dari Bayangan Matahari Setiap
Saat.” (hlm. 5).
Metode ini kemudian disebut “Metode Slamet Hambali”, diambil dari
nama penemunya sendiri. Cara pengaplikasian metode ini harus diawali dengan
melakukan hisab (perhitungan) arah kiblat dan hisab azimuth qiblat. Azimuth ialah sudut yang dibentuk oleh garis yang
menghubungkan titik pusat dan titik utara dengan garis yang menghubungkan titik
pusat dan proyeksi Ka’bah melalui ufuk ke arah
timur atau searah perputaran jarum jam. ( hlm. 83).
Akhirnya, buku ini
memang layak dibaca dan dimiliki karena isinya memberikan
pengetahuan baru bagaimana cara menentukan arah kiblat setiap saat
secara mudah, cepat dan akurat. Selain itu kita akan tahu mana arah kiblat yang
sebenarnya. Sehingga kita dapat beribadah secara khusu’.
M. Hanifan Muslimin,
praktisi Falak di IAIN Walisongo Semarang.