Rekasa
#1
Sudah seribuan pagi sama
Berlalu dengan secangkir kopi
tampa gula
Bukan kau pelit Nyonya
Tapi toples-toples usangmu tegak
berjejer di rak tua berdebu
Sebagai hiasan
Dan...
dapurmu sejuk, pagi ini
Tak jua mengepul
#2
Duh,
Senjamu kian prematur
Derit gerobakmu menjerit bersama
teriak muadzin lewat moncong
menara
#3
Dirimu benar-benar sudah lupa
Berapa kali terbangun di pagi yang
sama
Bersambut kepul asap kotak
bermesin
Dirimu benar-benar lupa,
#4
Tempo hari,
Bocah kecil itu berdiri
memandangmu
Tangan kecilnya mengepal
Dan mulutnya membisu,
Tempo hari,
Bocah kecil itu berlari padamu,
Membawa sekantung batu
Menghujammu sambil berdoa,
'ini sedang melempar jumrah,'
katanya
Tempo hari, bocah kecil itu berdoa
dihadapanmu,
Dengan serapahan yang dipungut
telinga
Dari gersang jalan dan tandusnya
hutan
Dari liarnya malam dan rimbanya
siang
Tempo hari, tempo hari,
Tempo hari, dan ia tak pernah bosan.
'membunuh' patung penguasa.
Rimba
Kecil, 10 Maret 2013
mahasiswi
Tadris Matematika IAIN Walisongo Semarang.