Oleh Junaidi Khab
Judul : Senyum
Satria Piningit Para Kesatria “Utusan Langit”
Menuju Kursi RI-1
Penulis : Anton Dwi Wibisono
Penerbit : IRCiSoD
Cetakan : I, 2013
Tebal : 298 halaman
ISBN : 978-602-7742-20-4
Pelaksanaan
pemilihan presiden (Pilpres) 2014 di Indonesia memang masih jauh dari ambang
mata. Sekitar dua tahun lagi Indonesia baru akan melaksanakan pilpres
lanjutan pasca-pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Namun kali ini ada
beberapa bakal calon presiden non-partai yang memiliki ciri khas kepemimpinan
yang didambakan oleh rakyat Indonesia.
Melalui buku
ini, kita diajak
untuk mengenal lebih dalam siapa nanti yang akan dipilih ketika Pilpres 2014.
Karena terkadang masyarakat kita sendiri, utamanya mereka yang berada di
pinggiran dan pedesaan, kurang tahu secara
pasti calon presiden yang akan mereka pilih. Dari sini mereka mudah diperalat
oleh pihak lain. Mereka menjadi kambing hitam para elit politik.
Dalam buku ini
disebutkan ada empat bakal calon presiden non-partai yang akan mencalonkan
presiden pada 2014 mendatang yang layak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Di
antaranya, Mahfud MD, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, dan Sri Mulyani (hlm. 12).
Setidaknya dengan
buku ini masyarakat lebih leluasa dalam menentukan pilihannya jauh-jauh hari
pra-Pilpres 2014. Dengan mengenal sosok bakal calon Pilpres non-partai
masyarakat Indonesia diharapkan tidak asal-asalan
dalam menentukan pilihannya ketika Pemilu mendatang. Sehingga angka golput bisa
terkurangi.
Mahfud MD dalam buku ini ditulis sebagai sosok
fenomenal. Mahfud
terkenal dengan sikap, keputusan, dan pernyataannya yang tegas dan menghebohkan
banyak kalangan. Termasuk kalangan pemerintah sendiri. Tidak heran, atas sikap
dan pernyataannya tersebut, banyak kalangan yang sering kebakaran jenggot dan
melakukan serangan balik kepadanya. Misalkan respon terhadap dugaan kasus suap
di MK. Grasi pengedar narkoba Ola, yang dianggapnya ceroboh, serta pernyataannya soal “pilar
demokrasi yang tersisa hanya
pers,” dan “parpol hanya
dalang pelaku korupsi.” (hlm. 59-80).
Bukan hanya
Mahfud saja yang memiliki ketegasan dalam bertindak. Jusuf Kalla juga memiliki
beberapa sepak terjang yang cukup bisa dipercaya secara. Dalam kasus Bank
Century, Jusuf Kalla dengan lantang dan tegas memerintahkan penangkapan Robert
Tantular sebagai perampok bank meski dari pihak lain tidak menyetujui dengan
dalih tidak ada bukti (hlm. 171).
Begitu pula
dengan Dahlan Iskan. Ia rela naik kereta demi rapat di Istana Bogor. Pernah ngamuk
di tol Semanggi karena pelayanannya tidak efektif dan disiplin. Tolak lift dan
ruang kerja pribadi dan tidak memakai mobil dinas serta beberapa contoh positif
olehnya diberikan sebagai paradigma pemimpin Indonesia yang diharapkan (hlm. 237-248).
Terakhir yang
disajikan dalam buku ini yaitu sosok Sri Mulyani yang dikenal sebagai srikandi
ekonomi yang mendunia. Meski Sri Mulyani dikenal dengan sosok primadona, ia
juga memiliki pemikiran cerdas, jelita, dan populer. Analisisnya kritis, lugas,
dan jernih. Kiprahnya sudah teruji di birokrasi dan lembaga internasional. Salah
satu gagasan sekaligus prinsipnya yaitu tentang keuangan, akses, dan kesetaraan
yang yang lebih melindungi kaum perempuan. (hlm. 275-284).
Buku ini
menjelaskan empat tokoh bakal calon presiden non-partai tentang background
dan perjalanan prestasi karirnya. Masyarakat
Indonesia dengan buku ini akan memiliki pandangan cukup jelas dalam menentukan pemimpin
Indonesia untuk masa mendatang.
Junaidi Khab, peresensi adalah penikmat buku
di IAIN Sunan
Ampel Surabaya.