Oleh Ahmad Fatoni
Judul
Buku : Dahsyatnya Gigih! Menyulap Singkong Jadi Emas
Penulis : T. Wahyu Prasetyahadi
Penerbit : Palapa,
Jogjakarta
Cetakan : I, Januari 2013
Tebal : 160 halaman
ISBN : 978-602-2550-32-7
Harga : Rp 30,000/-
Siapa hari ini yang tidak kenal nama orang-orang hebat semacam Chairul Tanjung, Hary
Tanoesoedibjo, dan Sandiago Uno? Mereka adalah para pengusaha raksasa yang
bukan hanya memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian nasional, tetapi juga
memiliki andil dahsyat terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.
Chairul Tanjung, misalnya, yang dikenal dengan sebutan “Si Anak Singkong”, memiliki jaringan luas media di
negeri ini. Jelas, peranan Pak Chairul dalam menghadirkan media
yang mendidik, informatif, dan memberikan pencerahan terhadap bangsa ini sangat
besar porsinya. Belum lagi, kepemilikannya atas berbagai perusahaan raksasa,
seperti Carrefour Indonesia, yang tentu saja melibatkan ribuan tenaga kerja.
Chairul telah tercatat sebagai salah satu orang
terkaya di Indonesia, bahkan dunia, dengan total kekeyaan US$ 2,1 miliar. Meskipun
demikian, kekayaannya itu tidak membuatnya tinggi hati. Sebaliknya, dia menjadi
sosok yang rendah hati di tengah gelimang harta yang dimilikinya.
Kesuksesan pria kelahiran Jakarta ini tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Jatuh bangun dalam dunia bisnis ia lalui. Dalam
satu kesempatan Chairul membeberkan tiga kunci suksesnya, yaitu kerja keras,
cerdas, dan ikhlas. Menurutnya, masyarakat Indonesia sebenarnya beruntung hidup
di negeri yang mempunyai potensi alam dan SDM yang luar biasa. Jika tiga kunci
tersebut diamalkan, siapa pun niscaya berhasil (hlm. 68).
Julukan “anak singkong”, dalam perspektif
penulis, bermakna anak ndeso alias kampungan sebagaimana sering
dilontarkan komedian Tuku Arwana. Singkong juga menggambarkan makanan yang
biasa dikonsumsi anak orang miskin sehingga kerap dipandang sebelah mata.
Sebutan “anak singkong” bagi seorang Chairul
Tanjung karena ia memang anak ndeso dan kampungan yang ekonomi
keluarganya tidak begitu kaya alias pas-pasan. Namun, kini Chairul berhasil
mengubah dirinya dari “singkong” menjadi “keju”. Chairul kecil yang pernah
dipandang sebelah mata, kini telah menjelma bak “dewa” yang dipuja dan
dimuliakan.
Tidak hanya mengisahkan Chairul Tanjung, buku
ini juga mengungkap kesuksesan Hary Tanoesoedibjo. Sosok Hary
Tanoe sangat identik dengan media nasional MNC, serta aktif dalam dunia investasi dan KONI. Perannya
yang luar biasa menjadikannya begitu dibutuhkan di mana-mana untuk memberikan
pencerahan dalam bentuk pelatihan atau seminar nasional maupun internasional.
Laki-laki yang lahir di Surabaya, 26 September 1965
itu dikenal sebagai “Raja Bisnis Multimedia”. Julukan itu tidak mendadak turun dari langit. Hary merintisnya dengan kegigihan, bukan dengan mengandalkan warisan orang tua. Beliau mulai menekuni bisnis multimedia pada saat
negeri ini dilanda krisis.
Mimpinya yang disertai kerja keras akhirnya terbukti. Hary mempunyai tiga stasiun
televisi yakni RCTI, MNC TV, dan Global TV, serta stasiun radio Trijaya FM dan
media cetak Koran Sindo dan Ekonomi. Di bawah naungan PT Media
Nusantara Citra (MNC), tidak sampai lima tahun, ia berhasil menguasai saham
mayoritas di tiga stasiun televisi tersebut. Mengutip majalah Forbes (2011), Harry menduduki peringkat
ke-22 orang terkaya di Indonesia dengam total kekayaan US$ 1,19 miliar..
Banyak orang mengakui, kunci sukses Hary Tanoe terletak pada kepiawaiannya
menata kembali perusahaan yang sudah kusut (hlm. 146-151). Dalam menjalanan bisnisnya, Hary selalu
mengedepankan kegigihan, keuletan, ketekunan, inovasi, dan kreativitas. Inilah
keteladanan seorang Hary yang patut dicontoh.
Pun dengan sosok Sandiaga Uno. From zero to hero, barangkali
adalah ungkapan yang tepat ditujukan kepada seorang Sandiaga Uno. Betapa tidak, Sandi tidak memperoleh kekayaannya dari orang tua,
melainkan meraihnya setahap demi setahap dari nol. Pria lulusan Wichita State
University, Amerika, ini mengawali karir bisnisnya sebagai karyawan di sebuah
bank swasta.
Kesuksesan Sandi terus menanjak seiring dengan
kepemilikannya atas beberapa perusahaan mulai dari PT Recapital Advisors yang
bergerak di bidang penasihat keuangan, juga merambah bisnis batu bara dengan
mendirikan PT Adaro Energy Tbk yang merupakan produsen batu bara terbesar
keempat di dunia. Total aset perusahaannya mencapai US$ 80 juta. Kendati harus
melewati masa-masa sulit dalam berbisnis, Sandi selalu berpegang pada empat
pilar kunci kesuksesan, yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan
kerja ikhlas.
Begitulah kisah sukses tiga orang pengusaha
hebat yang dimiliki negeri ini. Ketangguhan mereka dalam menjalani ganasnya
dunia bisnis dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi siapa pun yang berani
bermimpi jadi orang sukses. Sungguh, kesuksesan tiga anak singkong menjadi miliuner,
dalam kisah buku ini, benar-benar dibangun atas dasar semangat kerja keras,
bukan dengan cara-cara instan.
Ahmad Fatoni, Penikmat buku, tinggal Malang