Oleh Zaitur
Rahiem
Judul Buku :
Hizbullah
Penulis : Musa Kazhim
Tebal : 208 hlm
Penerbit : Noura Books (PT Mizan Publika)
Terbitan : Januari 2013
ISBN : 978-602-7816-17-6
Potret politik di negara Timur Tengah,
khususnya Libanon tak henti-hentinya menarik perhatian publik dunia. Suasana
politik dan euforia sosial di tanah tersebut, ‘panas-dingin’. Invasi milter dan pendudukan oleh Israel atas
tanah Libanon membuat pergolakan akar rumput dan kaum elite di negara tersebut
mengangkat suara serta senjata. Para pembela negara yang tergabung dalam
barisan Hizbullah tampil melakukan perlawanan atas pendudukan negara Zionis.
Keberanian kelompok perlawanan di tanah Libanon ini memantik simpati dari
berbagai kelompok di tanah yang mayoritas menganut ajaran Syiah.
Hizbullah, pada masa awal berdirinya
masih belum diperhitungkan sejumlah kelompok di Libanon. Namun, setelah
kiprahnya dibaca masyarakat, kelompok
perlawanan ini akhirnya menjadi sebuah kelompok yang disegani di Libanon. Ada
sejumlah kontroversi atas keberadaan Hizbullah. Namun, buku ini hadir menjawab
kebimbangan pengamat politik Timur Tengah dalam memosisikan dan memelajari
kelompok perlawanan masyarakat Libanon, Hizbullah.
Hizbullah, didirikan pada tahun 1982.
Dia lahir di tengah kalut dan ancaman
invasi milter pendudukan Israel. Kelahiran Hizbullah ini menandai spirit juang
masyarakat Libanon dalam merebut kemerdekaan yang sempurna. Hizbullah
menganggap perlawanan atas pendudukan negeri Zionis adalah jawaban terakhir
atas kemelut politik di negerinya. Kelompok Hizbullah pada masa awal menghendaki
adanya pemisahan antara kekuasan milter Israel ke tangan bangsa Libanon
sendiri. Gerakan awal, Hizbullah menghendaki bisa mendirikan negara lain
seperti gerakan perlawanan rakyat Iran. (hlm. 2)
Akan tetapi, dalam proses
perkembangannya, Hizbullah mampu melakukan konsolidasi politik dengan mengikuti
ritme politik yang sedang berkembang. Setelah melakukan perlawanan fisik,
kelompok Hizbullah menyerukan konsep perlawanannya dengan membuka diri masuk ke
sejumlah lini politik di negeri tersebut. Kelompok Hizbullah melakukan
peperangan di tingkat percaturan politik. Hizbullah membangun program
kemasyarakatan dan program penguatan negara. Sepak terjang ini akhirnya mampu
mendesak pendudukan Israel hengkang dari tanah Libanon (hlm. 99)
Prestasi yang ditorehkan kelompok Hizbullah
ini melegitimasinya menjadi kelompok yang disegani dan mendapat kepercayaan
dari masyarakt. Perlawanan yang dilakukan kelompok Hizbullah dianggap oleh
masyarakat bukan sekedar wacana, akan
tetapi mampu membuktikan dengan hasil yang sangat nyata. Meski demikian,
prestasi yang dicapai kelompok Hizbullah tidak linear tanpa ada tantangan.
Semakin menggapai puncak, ancaman skeptisisme dan sinisme terhadap kelompok
Hizbullah juga semakin kuat.
Tantangan demi tantangan menghantam basis
Hizbullah, mereka terus bangkit melakukan perjuangan menegakkan bendera
kebebasan. Politik yang dimainkan kelompok Hizbullah benar-benar menarik
simpati masyarakat. Mereka juga akhirnya mampu melakukan komunikasi baik dengan
kelompok Sunni di wilayah Libanon. Sayang, pada proses selanjutnya ketahanan
politik kelompok Hizbullah dipertanyakan oleh konstituennya di sejumlah wilayah
ranting di Libanon. Saat itu, Hizbullah terlihat larut dalam masa tenang dari
bersitegang antara Israel dan Libanon. Masyarakat yang simpati terhadap
Hizbullah melontarkan kritik tajam, apakah Hizbullah akan tetap bertahan dengan
perlawanan militer atau gerakan pemberdayaan ekonomi yang menjadi cerminan
kejayaan masa depan?
Perdebatan ide ini terus menjadi wacana
hangat di tingkat petinggi kelompok Hizbullah. Secara ideologis, kelompok
perlawanan ini mengusung bendera Jihad. Namun, Jihad
yang diusung memiliki makna lebih sosial. Bukan hanya sekedar berperang fisik,
namun juga membangun peradaban pemikiran yang lebih maju. Namun, kehebatan
kelompok ini mampu mendialogkan perdebatan yang berkecemakuk di tingkatan elit
Hizbullah. Hizbullah tetap menjadi kelompok perlawanan militan yang berjuang
mengusir pendudukan tentara Israel. Berbeda dengan kelompok militan lainnya,
Hizbullah mampu mengembangkan oraganisasinya di berbagai bidang. Seperti
kegiatan sosial, pendirian rumah sakit, dan bahkan kelompok Hizbullah memiliki
media massa sendiri berupa Televisi Al-Manar dan Radio A-Nour. Media publik ini
menjadi corong efektif menyampaikan semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
Hizbullah.
Saat pengaruhnya kian membesar, Hizbullah
mentransformasi diri menjadi sebuah partai politik yang memegang peranan
penting di wilayah pemerintahan. Semua perkembangan gerakan yang dilakukan oleh
kelompok Hizbullah mampu mengakomodir kepentingan masyarakat di Libanon, dan
meluruskan persepsi tentang Hizbullah yang dianggap sayap radikal.
Zaitur Rahiem, dosen Fakultas Tarbiyah
INSTIKA
dan STITA Sumenep