Oleh Sartono
S.Pd.Si
Bulan Mei
dikenal sebagai bulan buku. Pasalnya,
tiap 17
Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional dan Hari Jadi
Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Pertama kali tercetus pada tahun 1980 yang
diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef, kala itu.
Kemunculan ide tentang Hari Buku Nasional itu tercetus dari masyarakat pecinta
buku. Tak lain tujuannya untuk memacu minat baca masyarakat Indonesia,
sekaligus menaikan industrial buku di Indonesia sendiri.
Itu semua
yang mengawali perjuangan segelintir orang yang peduli masa depan bangsa
Indonesia. Karena diakui atau tidak, semakin maju perkembangan zaman
dituntut pula pengetahuan serta wawasan yang luas guna bersaing di dunia
globalisasi seperti sekarang ini. Tak cukup kita belajar dari para guru, dosen,
atau kaum intelektual lainnya.
Buku menjadi solusinya. Di kala kegersangan pengatahuan dan informasi, setidaknya buku bisa membantu mengobati “dahaga” pengetahuan itu. Permasalahan utama bukan tingkat intelektual yang rendah, melainkan tidak mau menggali pengetahuan dan informasi yang tersedia. Dengan buku, orang bisa tahu segalanya, baik masalah pendidikan, budaya, sosial, politik, dan lainnya. Makanya ada sebuah ungkapan sederhana, namun sarat akan makna. “Buku adalah jendela dunia”, karena di dalamnya terdapat berbagai macam pengetahuan yang bisa kita temukan.
Buku menjadi solusinya. Di kala kegersangan pengatahuan dan informasi, setidaknya buku bisa membantu mengobati “dahaga” pengetahuan itu. Permasalahan utama bukan tingkat intelektual yang rendah, melainkan tidak mau menggali pengetahuan dan informasi yang tersedia. Dengan buku, orang bisa tahu segalanya, baik masalah pendidikan, budaya, sosial, politik, dan lainnya. Makanya ada sebuah ungkapan sederhana, namun sarat akan makna. “Buku adalah jendela dunia”, karena di dalamnya terdapat berbagai macam pengetahuan yang bisa kita temukan.
Buku
ibarat guru yang tak akan mati. Walau zaman terus berganti, namun
kemanfaatannya akan selalu hidup. Selama kehidupan ini belum berakhir, buku
tetap jadi sumber pengetahuan yang mak
nyus! Orang tak mesti harus belajar di sekolah, kampus, atau lembaga
belajar (Bimbel). Tetapi selama orang itu mau bergaul dengan buku, dia akan
“menggenggam dunia”. Sejarah banyak membuktikan, orang-orang hebat belajar dari
membaca. Dan sumber yang bisa dibaca adalah buku. Nah, saat sekarang ini kita tak lagi berperang melawan penjajah
seperti masa kemerdekaan. Tapi musuh utama di masa sekarang adalah kebodohan.
Senjata
yang mutakhir untuk melawan kebodohan adalah buku. Dauzan Farook mengatakan bahwa senjata untuk melawan kebodohan tersebut adalah
buku. Dari buku, banyak terlahir orang-orang besar, mulai dari para kaum
intelektual, politik, pengusaha hingga presiden sekalipun.
Sosok proklamator kita, Soekarno banyak berperan dalam menggapai
kemerdekaan Republik Indonesia. Banyak pemikirannya yang terlahir dari membaca
buku. Berbagai buku yang sangat berpengaruh terhadapa pemikiran Soekarno salah
satunya karya-karya Sun Yat Sen yang berjudul San Min Chu-i. Selain itu, dia juga sering membaca buku tentang
teori-teori Perang Pasifik yang berjudul Seapower
in The Pacific karya seorang ahli
maritim berkebangsaan Inggris, Hektor Baywater. Dan masih banyak lainnya.
Peran
serta dari semua elemen negara ini sangat dibutuhkan, baik pemerintah maupun
seluruh lapisan masyarakat terendah sekalipun. Perlunya sinergi dalam
mengupayakan kemudahan dalam mengakses informasi, terutama buku, bagi setiap
orang secara gratis. Karena setiap manusia pada dasarnya mempunyai hak untuk
tahu dan memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka meningkatkan
taraf hidupnya.
Banyak
hal yang bisa kita petik dari buku. Segala hal mengenai dunia bisa kita temukan
di sana. Sebagai sumber ilmu, buku bisa dinikmati di perpustakaan maupun toko-toko buku. Mestinya, dengan harga yang bisa
terjangkau masyarakat.
Buku
adalah guru yang tak lekang oleh waktu. Sampai kapanpun, buku masih bisa
memberikan pengetahuan, wawasan, serta informasi yang dibutuhkan banyak orang
guna meningkatkan intelektualitas diri. Selamat
hari buku.
Sartono S.Pd.Si, tinggal di
Yogyakarta