Oleh Ahmad Fatoni
Judul
Buku : Be Happy
at Work
Penulis : Rachmat Ramadhana Al-Banjari
Penerbit : FlashBooks (DIVA Press Group), Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Desember 2012
Tebal : 263 halaman
Harga : Rp 36, 000/-
ISBN : 978-602-7640-74-0
Nikmat dan
puas menjadi kata kunci dalam buku ini. Aktivitas apapun tanpa kenikmatan dan
kepuasan tak ubahnya sayur tanpa garam. Hidup serasa hampa bahkan tertekan jika
tidak merasakan keduanya. Begitu pula dalam bekerja, umumnya yang diburu adalah
kenikmatan dan kepuasaan.
Hampir
setiap karyawan ingin menikmati gaji tinggi untuk sebuah kepuasan. Akan tetapi,
faktor utama kepuasan tidak selalu berupa materi semata. Gaji besar bukanlah
faktor terpenting dalam kepuasan kerja. Demikian hasil survei terbaru yang
dilakukan oleh City & Guilds. Temuannya cukup mengagetkan, ternyata 6 dari
10 karyawan mengaku bahagia bekerja lantaran tertarik dengan bidang profesi
yang digeluti. Selebihnya, 44% menganggap gaji sebagai sumber kepuasan mereka.
Masih menurut
City & Guilds, lima bidang profesi yang dianggap paling memberikan kenikmatan
dan kepuasan adalah terapis kecantikan, penata rambut, juru masak, dan retail.
Sedangkan bidang-bidang yang termasuk 20 besar antara lain jurnalis, ahli
mesin, human resources, staf call centre, spesialis IT,
dokter/perawat, bankir, serta pekerja bangunan (hlm. 21).
Jajak
pendapat yang digagas JAC Indonesia menunjukkan, ada 80% karyawan dari 982 responden
menyatakan tidak puas dengan pekerjaan mereka. Agensi internasional yang
berpusat di London tersebut menegaskan, ketidakpuasan dalam bekerja bisa
terjadi di manapun, kapanpun, dan menimpa siapapun. Ketidakpuasan itu bisa
terkait gaji, status kerja, peningkatan karier, dan kenyamanan tempat kerja,
termasuk hubungan karyawan dengan keluarganya.
Pertanyaannya,
bagaimana trik merengkuh kenikmatan dan kepuasan dalam bekerja? Bagaimana pula
membangkitkan gairah kerja saat rasa bosan mulai menghampiri? Buku Be Happy
at Work ini mendedah cara-cara praktis untuk menyukai dan menikmati profesi
apapun. Beragam tips dan solusi seputar karier dan pekerjaan dapat dipelajari
dari buku ini, mulai dari cara memilih profesi yang sesuai dengan minat, teknik
manajemen waktu, strategi peningkatan produktivitas kerja, serta pembahasan
lain demi meraih kenikmatan dan kepuasan dalam bekerja.
Terkadang, seorang karyawan merasakan puncak kejenuhan dengan pekerjaan yang ia geluti selama ini. Kenyataannya, rutinitas dalam pekerjaan seringkali menjadi jebakan yang bisa berujung pada tekanan batin. Jika kondisi
seperti itu dibiarkan berlarut-larut hingga terus memburuk, niscaya sangat memengaruhi performa dan
prestasi kerja seseorang.
Andaikan seseorang mulai menghadapi masa-masa jenuh di tempat bekerja, maka ia segera
melakukan cara-cara tercepat menuju suasana yang menyenangkan. Sebagaimana
tawaran penulis dalam buku ini,
setidaknya
ada 10 tips yang
dapat dipertimbangkan agar terhindar dari hari-hari bekerja yang
menyesakkan. Pertama, menjalin
hubungan baik dengan rekan kerja. Kedua, mempraktikkan relaksasi. Salah
satu faktor yang membuat perasaan sumpek di tempat kerja adalah
ketegangan fisik dan cara menguranginya diperlukan latihan relaksasi. Ketiga,
memiliki pransangka yang positif sehingga timbul optimisme dalam bekerja.
Keempat, memaklumi
kesalahan kerja. Meskipun pekerjaan sudah dilakukan sebaik-baiknya, tetap akan
ada kesalahan. Kelima, melakukan sesuatu yang tidak biasa dengan
menceriakan suasana kerja, misalnya, mengajak rekan kerja makan siang bersama. Keenam,
memberi penghargaan kepada rekan kerja, seperti mengucapkan terima kasih atas
kebaikannya atau memujinya atas prestasi yang diraih.
Ketujuh, menghiasi
ruang kerja dengan foto-foto, bunga, atau ornamen menarik lainnya. Kedelapan,
menciptakan hal-hal lucu di tempat kerja. Kendati beban kerja menumpuk, seseorang
hendaknya tetap rileks dengan sesekali melontarkan humor-humor segar. Kesembilan,
berbagi cerita menyenangkan dengan rekan kerja. Kesepuluh, menyikapi
segala sesuatu sesuai porsinya. Pekerjaan bukanlah hal terpenting dalam hidup.
Karena itu, pekerjaan tidak boleh memperbudak kehidupan seseorang (hlm.
222-224).
Penulis buku
ini juga mengingatkan betapa pentingnya menyeimbangkan antara pekerjaan dan urusan
keluarga. Banyak
orang mengejar karier yang
dianggapnya
sebagai sumber kenikmatan dan kepuasan. Pergi pagi pulang malam, gedebak-gedebuk
membanting tulang, lupa anak dan istri, bahkan terkadang lupa makan. Padahal, sebesar-besar pendapatan
yang dihasilkan dari pekerjaan,
tidak
akan berarti apa-apa bila harus selalu mengorbankan kebersamaan dengan keluarga.
Akhir kata,
buku setebal 263 halaman ini sangat inspiratif dan layak dibaca siapa pun yang mengidamkan
kenikmatan dan kepuasan dalam bekerja. Terutama bagi karyawan, tak rugi jika menjadikan
buku ini sebagai bara pembakar semangat kerja dan menjadikan pekerjaan tidak
semata-mata untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk dinikmati.
Ahmad Fatoni,
penggiat Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang