Puisi
Prasasti di Ujung Jari
Pada
ujungnya tersemat nyeri
Yang
kutebus dengan darah
Dan
kesakitan yang dikelabui
Sebagai
penghargaan terbaik
Akan
keringat dan kerja keras
Demi
nyanyian lambung,
Tuntutan
duniawi
Oleh
karena itu dadaku menjadi sesak
Rongga
nafasku penuh kotoran yang mengerak
Karena
pencongkelnya
Tengah
sekarat!!!!!!!!!!!!!
Citra Indah 2012.
Setan
Suatu
malam aku bertanya kepada Tuhan
“Apakah
salahku hingga semua malaikatku
Berubah
menjadi setan.....??????”
Lama........kutunggu.............
.............tak
ada jawaban!!!!.
Hingga
aku tertidur kemudian
Pagi
yang menggigil membangunkan aku
Dengan
sebuah cermin tergeletak di jendela.....
Mungkinkah
ini jawaban Tuhan?
Kuangkat
lalu kulihat disana
Sosok
yang yang sedang bingung dan bertanya-tanya
“aku
kah setan itu....??????
Cileungsi Hijau, 2010
Ego Orgasme
Benak
ini mulai menggeliat
Dari
tidurnya yang begitu lelap
Bertunasan
di sulur-sulurnya
Gairah
liar yang menggelora
Membakar
darah hingga bergejolak
Membuat
ubun-ubun ingin meloncat
Dari
batok kepala sekeras batu
Jangan
salahkan aku….
Kalau
datang yang telah lama kulupakan
Kegilaan
akan kusendiri yang takkan kau pahami
Dunia
yang setia menggairahkan jiwaku
Hingga
lupa daratan
Lupa
akan semuanya
Tanpa
rasa-rasa
Takkkan
kubiarkan siapapun menjamahnya
Mengacaukan
keberadaannya
Puih………….tak
juga kau!
Sepintar
apapun dan siapapun itu
Takkan
sanggup nikmatnya
Tanpa
membuang seluruh harga dirinya
Juga
kesombongannya
Sebagai
mahluk paling takabur
Citra Indah, 2012
Pengorbanan
Aku
menyimpan api dalam sekam
Yang
disisipkan angin waktu hari
Menjelang
petang
Apa
aku bodoh
Mungkin
ya, mungkin juga tidak
Seperti
buah simalakama
Karena
aku tak ingin ia berkobar
Dan
rumahku hangus terbakar
Itulah
sebabnya kusimpan dalam sekam
Meski
panasnya terasa senantiasa
Takkan
menguar ke angkasa
Meski
aku sendiri yang menderita
Bukan
siapa-siapa
Citra Indah, 2012.
Puisiku
Pada
satu puisi yang kutulis
Dengan
mantap pada siang hari
Tiba-tiba
aku kehilangan
Satu
baris yang semula telah terlarik
Cantik
dan rapi dalam benak
Dan
gantinya adalah
Barisan
kata-kata yang
Tak
kalah cantik dan menarik
Meski
penuh tanda tanya
Juga
tanda koma-koma
Lalu
aku mulai linglung
Juga
bingung
Ketika
harus menyelesaikan puisi ini
Yang
semula memang telah selesai
Didalam
sumpah dan doa-doa
Lalu
kutulis saja kata-kata`
Yang
mengalir begitu apa adanya
Seperti
mantra bertabur doa
Agar
semua bisa sempurna
Dan
aku juga mulai lupa pada duka
Yang
pernah terselip disana
Citra Indah, 2012.
Kemarau
Mengenangmu
selalu
Adalah
kemarau yang tak kerontang
Daun-daun
menguning
Dan
berguguran
Matahari
senja dan pucat
Angin
semilir mengeringkan keringat
Sisa
terik siang tadi
Tidak!
Kerapkali
kuingkari
Kananganmu
datang dan pergi
Bak
musim silih berganti
Kemarau
yang kukenang
Bukan
hanya debu yang menyesakkan dada
Juga
mentari yang bersinar sampai senja.
Citra Indah, 2013.
Fransiska
Rina Milansi, nama
pena dan juga nama asli, Ibu dari dua anak kelahiran Wonogiri dan berdomisili
di Bogor Jawa Barat. Sangat senang menulis cerpen, cernak, kisah inspiratif
juga puisi dan artikel humor. Sangat aktif waktu SMP dan SMA lalu vakum sampai
tahun 2011. Dan aktif kembali setelah resign dari pekerjaan untuk berwirausaha
sambil mengurus anak. Satu buah kumcer sudah terbit ILALANG (penerbit harfeey) Kontributor
Jalan Taubat (Gramedia), Kontributor SMI (Goresan Pena Publishing). Beberapa
artikel dimuat beberapa surat kabar dan majalah.