Solo-WAWASANews.com
Acara telah usai: peserta membereskan BLS |
Bilik Literasi Solo
(BLS) menggelar acara bertajuk “3 Hari Berhuruf” pada Jumat-Minggu (15-17/2) di
Sebuah Rumah sederhana, tepatnya di Desa Tanon Lor, RT 4 RW 1, Gedongan, Colomadu,
Karanganyar, Jawa Tengah.
Agenda bulanan yang
pertama kali digagas oleh Bandung Mawardi, pemilik tempat acara dan juga
pengelola BLS, berlangsung santai, namun tetap kritis.
Agenda BLS dimaksudkan
untuk menyebar kesadaran berhuruf kepada peserta dengan praktik menulis esai,
artikel, opini, resensi dan puisi, yang antara lain diisi oleh kawan-kawan yang
tergabung dalam Kabut Institute: M. Fauzi Sukri, Heri Priyatmoko, Agus,
Budiawan Dwi Santoso, dan Milhan.
Setiap bulan, siapa
pun bisa mengikuti agenda ini dengan berinfak Rp. 100.000. Boleh dicicil atau
dihutang. Peserta bakal disuguhi buku, majalah, makanan, koran dan penginapan
dengan agenda membaca-menulis esai, resensi, puisi mulai pukul 8 pagi sampai 4
sore yang dilengkapi obrolan tak biasa di malam hari.
Walau kali kedua ini
diikuti 5 peserta (Sri Wahyuningsih dan M. Zulfa dari Semarang, Badrus dari
Jombang, serta Setia dan Bisri dari Solo), namun suasana berliterasi tetap
hidup. Banyak dan sedikitnya peserta, tidak memengaruhi minat sadar huruf
bersama. “Berapapun orang yang berniat mengikuti 3 Hari Berhuruf, akan kita
terima,” ujar Bandung, yang juga dikenal sebagai esais ini.
Intinya, selama
tiga hari literasi, peserta diajak berfikir kritis, reflektif dan bersistematika,
peka terhadap semua yang ada di sekitar dengan memaksimalkan kinerja indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan sensor tubuh untuk bisa
digunakan amunisi menulis.
“Setelah kita
membaca buku, koran, majalah, internet dan media informasi, kita harus
memberikan informasi itu terhadap orang lain,” ungkap Bandung.
“Pada prinsipnya, kita
mempunyai hutang terhadap orang lain, yaitu dengan menyebarkan pengetahuan yang
kita miliki dengan menulis ke media masa, berdiskusi, mengisi seminar dan lainnya,
demi berbagi pengetahuan yang telah kita miliki,” ujar Bandung mengurai visi
menulis. (Zulfa)