Purwokerto-WAWASANews.com
Sabtu (23/2), adalah hari yang ditunggu
oleh 315 mahasiswa STAIN Purwokerto karena pada
hari itu, gelar
sarjana akan mereka raih. Kerja keras selama menjadi mahasiswa, mencapai titik puncak,
wisuda.
Selain kebahagiaan yang terpancar diraut wajah
calon wisudawan-wisudawati, terselip rasa bimbang. Mau berbuat
apa dan hendak ke mana mereka setelah lulus nanti?
Menyikapi problem tersebut, Ikatan Alumni IAIN-STAIN Purwokerto
menggelar pembekalan bagi calon wisudawan-wisudawati STAIN
Purwokerto 2013 di Auditorium Utama, Rabu (20/2). Hadir
sebagai pemberi motivasi Drs. H. Bambang Sucipto, M.Pd. I, Ahmad Mahali, S. Ag,
dan Mubaroq, S.H.I.
Pembantu Ketua (PK) III, Dr. Abdul Basit, M. Ag
dalam sambutannya menekankan kepada peserta pentingnya menyikapi
diri setelah
jadi sarjana.
“Saya bilang sedikit, tidak usah banyak-banyak. Keluarlah dari zona nyaman, dan lihatlah zona lain yang lebih bisa mengembangkan
kemampuan diri,” katanya.
Basit mencermati perilaku sarjana kebanyakan
yang
hanya ingin jadi pegawai negeri. Walaupun tidak haram, tetapi tidak ada
keharusan juga untuk menjadi pegawai negeri. Hal yang ditakutkan, menurut Basit, adalah sikap menunggu
lowongan CPNS dan tidak berbuat apa-apa.
“Sarjana nganggur, selain merusak citra diri
sebagai orang berpendidikan, merusak keluarga, juga merusak lembaga. Hal ini
berimbas kepada citra lembaga ketika banyak lulusannya yang hanya jadi
pengangguran,” jelas Basit.
Teladani
Rasul
Drs. H. Bambang Sucipto, M.Pd. I, yang juga menjabat Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag)
Banyumas, dalam motivasinya pada
kesempatan tersebut menjelaskan perilaku Rasulullah SAW sebagai anak muda yang penuh
semangat dan mempunyai etos kerja yang tinggi. “Di usianya yang baru 25 tahun,
Rasulullah sudah melakukan perdagangan lintas negara,” ujarnya.
“Sebagai anak muda, sudah sepantasnya kita
meneladani sikap Rasul. Tidak harus berdagang ke luar negeri, tetapi dengan
menyontoh semangat dan etos kerja yang beliau
miliki waktu muda,” jelasnya.
Selain itu, dalam aspek spiritual Rasulullah tidak pernah
mengurangi ibadahnya walaupun sudah dijamin surga oleh Allah SWT. “Harus ada
keseimbangan di antara keduanya untuk menjadi sukses. Bekerja
keras pantang menyerah disertai ibadah yang taat,” tandas
Bambang. (Aan)