Puisi
Ka-fir-daus
Ka
Fir
Ka
Fir
Ka
Fir
Ka
Mu
Ka
Mu
Ka
Mu
Ka
Mi
Ka
Mi
Ka
Mi
Kami
Kamu
Kafir
Ka
Fir
Ka
Fir
Firdaus; buat siapa?
Apa Sebenarnya Ini?
Bulan purnama malam ini, entah aku tak
ingat purnama yang keberapa sejak kau memintaku untuk menemukan hal yang sukar
dipahami, dirasakan, dan dicari? Bukan karena sesuatu itu adalah barang yang
abstrak, yang diluar ejaan panca indra. Melainkan kau memintaku menemukan rasa
biasa yang belum terbiasa aku mengenalinya. Entahlah, rasanya masih rancu saja
waktu itu aku memamah perkataanmu.
“tahukah kau betapa tersiksanya aku
merindukanmu, A?” keluhku.
“benarkah?” sangsimu dengan sedikit
mengerutkan dahi dan menjunjung sepasang alis.
“aku sangat kesepian tanpamu, A”
kukuhku kemudian.
Saat itu, kau sedikit berpaling dan
membuang muka. Kemudian tertunduk dan memainkan sedotan dengan separuh jus
jambu dalam gelasmu. Aku tahu kau kemudian memikirkan sesuatu. Sepertinya kau
begitu mencurahkan sepenuhnya rasa dalam memahami ujaranku. Aku hanya menelan
ludah. Bersiap untuk responmu yang sepertinya akan sedikit, atau mungkin begitu
mencengankanku.
“ada apa denganmu? Apa hal yang sedang
kau pikirkan?” selidikku
“ah, bukan. Aku tak apa kok”
“kau yakin?”
Sepi sebegitu saja melintas saat kau
memberikan ruang pada keheningan yang semakin mengakrabi. Kau tampak sedikit
gelisah.
“kau yakin kau merindukanku?” katamu
menguraikan keheningan.
“tentu” jawabku singkat
“kau yakin kalau itu bukan hanya
sekedar rasa sepi?”
“maksud kamu?”
“aku harap kau tak menganggap sama
antara rindu dan hanya sekedar rasa sepi”
“......”
Nanah Air Mata
Diam..!!!
..
..
..
..
..
Jangan riuh
Aku sedang mencari nama baru
Bagi nanah-air mataku; indonesia
Haram
Retakan di tapak kaki itu prasasti
tirani
Tuk sebuah bangku di istana ilmu
“Hai suhu” ujar ibu
Tumballah diriku
Maka ilmu kau sabdalah tuk putraku
Akhlak, ijazah, pun apalah
Karena tak boleh ada payah nanti
dimamah
Biarpun sedebu payah
Haram kau maujudkan
Bilapun sealam maharnya
Terwajibkan aku hibahkan
Muhamad Fikri Nadzif. Lahir di Grobogan, 13 Januari 1994. Sekarang tinggal di Semarang. Dia
mulai belajar menulis puisi dan cerpen sejak Madrasah Tsanawiyah melalui
lambaga penerbitan sekolah. Kini sedang menjalani perkuliahan di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.