Belitung-WAWASANews.com
Berdatangan: ribuan jama'ah menuju lokasi maulid (Foto: WAWASANews.com/Rusli) |
Sabtu pagi (23/02) sekitar pukul 08.00 WIB, nuansa keislaman-keindonesiaan mulai begitu
kental terasa di Pondok Pesantren Daarul Arofah yang beralamat di Tanjung Tinggi, Kampung Baru, Kec.
Sijuk, Belitung.
Ribuan orang yang
kebanyakan berbaju putih, bersurban, berkerudung, dari segala penjuru
lapisan masyarakat, jamaah majlis taklim, tokoh agama, tokoh masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, dan warga se-Belitung, khusyuk mengikuti serangkaian acara Maulud Nabi Muhammad SAW
& Manaqib Kubra Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani ke-XII bertema
“Dengan Meneladani Karakter Agung Rasulullah SAW,
Kita Bangun Umat Yang Berakhlak dan Beriman dalam Ikatan
Ukhuwah Islamiyah” itu.
Setelah agenda khataman
Alquran bi al ghaib (hafalan) oleh beberapa penghafal Al-Qur’an yang dilanjutkan pembacaan kitab
Simtud Durar (biografi
Nabi Muhammad SAW) dipandu oleh grup marawis el-Marda, hingga usai shalat dhuhur, mereka, ribuan jama’ah
itu berkumpul mendengarkan tausiyah KH. M. Ali
Haris, pengasuh Pondok Pesantren Daarul Arofah.
Khusyuk: KH. Ali Haris membacakan manaqib (Foto: WAWASANews.com/Rusli) |
Dalam tausiyahnya, Ali
Haris menerangkan
ihwal pentingnya tawassul
kepada orang mulia yang telah wafat seperti kepada Nabi Muhammad SAW dan Syeikh
Abdul Qadir. “Wasilah adalah segala sesuatu yang dapat menjadi sebab sampai
pada tujuan,” katanya, mengutip ulama’ Tafsir ternama, Ibnu Katsir.
Kyai Ali juga
mengatakan, tawassul itu bagian dari cara manusia untuk mendapatkan pertolongan
dari Allah. “Tujuan tawassul adalah memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau
terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah dengan menyebut nama seorang Nabi
atau Waliyullah untuk memuliakan keduanya,” terang Kyai Ali mengutip Imam Al Hafidz Taqiyyuddin As-Subki
dan Al Imam Al Hafidz Al ‘Abdari. Dua ayat ayat tak lupa dikutip untuk menjelaskan soal tawassul kepada
jama’ah, yakni al-Ma’idah: 35 dan Ali Imran: 169.
Bahaya Munafik
Ustadz Heikal
Fackar, Lc., putra pertama Kyai Ali, dalam sambutannya mewakili pimpinan pesantren menyampaikan komitmen Daarul
Arofah dalam dakwah berlandaskan Al-Quran
dan Hadits. “Daarul Arofah sangat memerlukan kritik yang
membangun dengan etika penyampaian kritik yang baik pula,
demi kemajuan syiar Islam di Belitung yang sarat tantangan,”
katanya.
Damai: ibu-ibu sedang mendengarkan ceramah (Foto: WAWASANews.com/Rusli) |
“Jika anda ingin bersedekah tapi
dari hasil mencuri, itu salah. Anda ingin menasehati orang dalam keadaan mabuk,
itu salah. Karena orang yang seperti ini bagaikan maling teriak maling, Dajjal
teriak Dajjal, mereka termasuk orang munafik, orang munafik lebih bahaya dari
orang kafir,” kata Heikal.
Yang menarik ribuan
orang mendengar adalah kala sesi ceramah keagamaan saat itu diisi
oleh K.H. Hendra Permana Sidik, S.H, seorang mantan
pendeta dari Garut Jawa Barat yang sekarang terkenal sebagai cendekiawan muslim.
Dalam uraiannya
tentang pendidikan keislaman, Permana Sidik berpesan kepada
komponen pondok pesantren dan elemen masyarakat untuk tetap
membangun peradaban Islam yang damai. “Jangan menyalahkan anak muda yang
masih menyimpang dan ingatkan orang-orang yang ingkar terhadap ajaran Islam
dengan sabar,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan kepada ribuan jamaah bahwa Allah SWT memiliki
sifat Rahman dan Rahim sehingga musibah yang telah terjadi di negeri ini seperti
longsor, banjir, kebakaran dan sebagainya karena akibat dari ulah manusianya sendiri
yang telah merusak alam, bukan Allah. (Rusli)