Oleh Sam
Edy Yuswanto
Judul
Buku : Detektif Tanpa Kasus
Penulis :
Alya Namira
Nasution
Penerbit :
Bentang Belia,
Yogyakarta
Tahun : I, Mei 2012.
Tebal : vi + 150 halaman.
ISBN :
978-602-9397-38-3
Novel setebal 150 halaman, karya
Alya Namira Nasution, bocah kelahiran Medan, 7 Februari 2001 ini sangat layak
dijadikan sebagai bacaan yang menghibur sekaligus mendidik untuk anak-anak atau
adik-adik kita di rumah. Bercerita tentang arti persahabatan yang diwarnai
dengan suka dan duka, sekaligus kejadian-kejadian lucu khas anak-anak, yang
akan membuat pembaca tertawa geli dibuatnya.
Tiar, Ali dan Andi adalah tiga
sahabat karib yang juga menghuni kelas yang sama. Suatu hari, ketika mereka sedang
bersantai di lapangan bola di bawah pohon nangka, sembari minum es kelapa milik
Mang Anji, langganan mereka, ketiganya dibuat terkejut saat ada buah nangka terjatuh.
Mereka kemudian berencana menyimpan buah nangka tersebut di tempat yang aman;
salah satu ruang kosong di sekolah mereka.
Esoknya, ketika Bu Julia sedang
menerangkan mata pelajaran Seni Budaya, Tiar, Ali dan Andi membuat kegaduhan hingga
menyebabkan mereka dihukum berdiri di bawah tiang bendera. Pada saat di hukum itulah,
mereka memilih kabur menuju ke sebuah gubuk dekat rumah Mia, untuk menyantap buah
nangka yang sudah matang itu. Tiba-tiba tercetus sebuah ide untuk membentuk
kelompok detektif. Tujuannya adalah untuk memecahkan berbagai kejadian misterius
yang terjadi di lingkungan sekolahnya. Sayangnya, saat sedang asyik menyantap
buah nangka, mereka kepergok Bu Julia. Tak hanya itu, perut mereka mendadak
sakit akibat kekenyangan makan buah nangka.
Meski sempat sakit perut, tapi
mereka sempat membentuk nama untuk kelompok detektif mereka. TAA Pemberani
menjadi nama pilihan mereka. Sesuai rencana, mereka akan menyelidiki berbagai
kejadian di sekolah yang terasa janggal. Seperti menyelidiki kenapa Yayang bisa
terpeleset di lantai kelas mereka, Mira yang tiba-tiba kehilangan pembatas buku
favoritnya, hingga menghilangnya Pak Jiman, pemilik kantin Mi Gaul yang tiba-tiba
digantikan oleh sosok lelaki bertampang seram menakutkan.
Bukannya memecahkan masalah, justru
setiap tindakan yang dilakukan oleh trio detektif itu malah merugikan dan
memalukan diri mereka sendiri. Akibatnya pun fatal, Bu Julia, guru wali kelas,
sering menghukum mereka. Tak hanya itu, Mira, sang ketua kelas yang jutek dan terkenal
galak, bersama teman-temannya juga sering mengerjai mereka. Tapi siapa sangka, trio
detektif yang mereka bentuk pada suatu ketika membawa hikmah yang begitu besar;
mengubah mereka menjadi sosok yang lebih baik dan membanggakan di mata
teman-teman dan guru wali kelasnya.
Sam Edy Yuswanto,
penulis Lepas, bermukim di Kebumen.