Oleh Muhammad Saleh
Judul
Buku : Wonderfully
Stupid
Penulis : Elsa Puspita
Penerbit : Bentang Belia, Yogyakarta.
Tahun : Oktober 2012.
Tebal : vi+ 222 halaman.
ISBN : 978-602-9397-36-9
Penulis : Elsa Puspita
Penerbit : Bentang Belia, Yogyakarta.
Tahun : Oktober 2012.
Tebal : vi+ 222 halaman.
ISBN : 978-602-9397-36-9
Hingga sekarang, dunia remaja tak pernah habis untuk selalu ditulis,
diceritakan, dan dibaca. Almarhum Crisye bahkan bilang dalam lagunya kalau masa remaja adalah masa yang paling indah. Banyak kisah-kisah
menarik yang dilewati di masa itu. Dunia remaja sangat identik dengan pencarian
jadi diri, persahabatan, dan cinta. Taksir-taksiran dengan lawan jenis sudah tentu
adalah hal yang biasa.
Begitulah ide cerita yang coba diangkat oleh penulis
asal Muara Enem, Elsa Puspita, dalam novel ini. Tema percintaan remaja di masa
pubertas. Tema yang diangkat sebenarnya adalah tema yang klise. Namun, penulis
berhasil meramu tema cerita dengan apik dan menuliskannya dengan alur cerita
yang menarik. Sehingga novel ini berhasil memikat dewan juri dan masuk menjadi
Naskah Pilihan Lomba Novel 30 Hari 30
Buku yang diadakan oleh penerbit Bentang Pustaka.
Kisah ini bermula dari
seorang gadis bernama Alanza Quianna alias Lanna (nama panggilan dari teman-temannya) yang
bercita-cita ingin menjadi seorang sutradara, sehingga kemanapun dia pergi handycam kesayangannya tak pernah
ketinggalan bahkan ke sekolah sekalipun. Dan yang menjadi sasaran shot-nya ketika di sekolah adalah Ega, cowok
yang ia taksir sejak lama. Lanna mengambil gambar pujaan hatinya secara
diam-diam tanpa disadari oleh Ega. (Hal 1-18)
Ega sendiri sebenarnya
adalah sahabat Lanna yang tiba-tiba menjauhinya sejak kelas satu, tanpa Lanna
tahu alasannya. Semenjak itu Ega berubah drastis. Sikapnya dingin dan acuh.
Padahal telah tumbuh benih-benih cinta di hati gadis itu tanpa sempat ia
ungkapkan.
Ada cowok lain bernama Arsen
yang naksir berat kepada
Lanna. Cowok yang hobi gonta-ganti warna rambut sesuai suasana hatinya ini rela
melakukan apa saja demi mendapatkan
cinta gadis incarannya. Meski Arsen ganteng dan jadi salah satu idola sekolah,
Lanna tak lantas mau menerima cintanya, dengan alasan Arsen itu adik kelasnya,
lebih muda dari dirinya. Sebenarnya, Lanna masih mengharapkan Ega menjadi
cintanya.
Sampai suatu hari Arsen
berani mengungkapkan cintanya secara langsung pada Lanna di hadapan semua siswa saat acara
promo sebuah minuman ringan di sekolah. Lanna sudah bersiap melempar kata
penolakan lagi sebelum melihat Ega menatap ke arahnya dan Arsen sambil
tertawa-tawa. Jantung Lanna seakan berhenti berdetak ketika cowok itu ikut
berteriak “Terima...,” sambil bertepuk tangan, yang menandakan kalau cowok itu seperti
tak ada perasaan padanya. Dengan wajah merah dan marah Lanna menerima cinta
Arsen tanpa pikir panjang lagi. Dengan maksud membuat Ega cemburu. Tetapi,
reaksi Ega malah biasa saja. Lanna semakin kecewa. (Hal. 19-33).
Arsen dan Lanna sama-sama gigih
di jalannya. Arsen memperjuangkan cintanya untuk mendapatkan cinta tulus Lanna.
Sedangkan Lanna tetap dengan kebodohannya, menunggu Ega kembali walau sudah ada
Arsen di sisinya. Bukan lagi sebagai sahabat melainkan cintanya.
Novel
remaja yang satu ini sangat asyik untuk
dibaca. Tak seperti novel-novel remaja lainnya yang kebanyakkan selalu dibuka
dengan adegan suara jam beker yang terdengar nyaring dan sang tokoh
tergopoh-gopoh bangun dari tempat tidur. Adegan seperti itu tentu sudah sangat
basi dan membosankan, sehingga pembaca enggan melanjutkan. Di novel ini,
pembaca akan dibuat penasaran untuk melahap baris demi baris berikutnya sejak
membaca paragraf
pembuka.
Tak hanya itu, cerita dalam
novel inipun mengajarkan nilai-nilai sosial yang kental. Tak kalah penting
adalah arti persahabatan dan cinta yang diajarkan secara berbeda dalam novel
ini.
Novel ini secara gamblang ingin menyampaikan
pesan, bahwa lebih baik mencintai orang yang mencintai kita daripada mencintai
orang yang belum tentu cinta pada kita. Di balik kurang lebihnya cerita
dalam novel ini, yang jelas cukup membuat kita merasa terhibur membaca novel
ini hingga tuntas. Dan, bukan hanya sekedar hiburan belaka yang kita dapat.
Membaca novel ini kita seolah-olah kembali ditarik ke masa SMA dulu.
Muhammad Saleh, penulis lepas dan penikmat
buku,
tinggal
di Barabai, Kalimantan Selatan.
_____________________