Oleh Ahmad Fatoni
Judul Buku :
Penelitian-Penelitian
Ilmiah, Bukti Keajaiban dan Kebenaran Al-Quran
Penulis : As’adi Muhammad
Penerbit : Sabil
(DIVA Group), Jogjakarta
Cetakan : I, Desember 2012
Tebal : 148 halaman
Harga : Rp 26,000/-
ISBN : 9786027640719
Al-Quran
merupakan kitab suci yang mengandung berbagai pengetahuan, hukum, dan syariat,
baik yang bersifat personal maupun sosial. Untuk mengkaji secara mendalam
setiap cabang ilmu tersebut, dibutuhkan orang-orang yang ahli di bidangnya,
juga keseriusan dan waktu yang lama agar dapat mengungkap segala rahasia yang
terkandung di dalam al-Quran.
Sebagai
kitab suci yang memuat ilmu pengetahun, Al-Quran mencakup peristiwa di masa lalu
dan mendatang. Banyak ahli dari kalangan muslim maupun non muslim, menggali sumber-sumber
ilmu pengetahuan dari Al-Quran. Misalnya, pengetahuan tentang proses penciptaan
alam semesta yang belum terjangkau di era Rasulullah, kini banyak ilmuwan telah
membuktikannya secara ilmiah. Bahkan, ulasan Al-Quran tentang ilmu dan
teknologi, jauh lebih maju dibandingkan temuan para ahli di zaman modern.
Buku ini
ingin menegaskan, kitab suci Al-Quran tidak semata-mata berfungsi sebagai tuntunan
bagi umat Islam, melainkan juga media pengetahuan yang menakjubkan. Hal-hal
yang belum diketahui oleh manusia ternyata terbukti benar di kemudian hari. Berbagai
peristiwa ghaib di dalam Al-Quran menunjukkan betapa kitab suci Al-Quran memang
murni bersumber dari Allah.
Di antara
informasi Al-Quran terkait peristiwa yang akan datang, yaitu kabar tentang
kemenangan bangsa Romawi terhadap bangsa Persia sebagaimana terekam dalam QS.
Ar-Ruum: 1-3. Padahal, saat ayat tersebut diturunkan, justru Bangsa Romawilah
yang mengalami kekalahan. Lalu, beberapa tahun kemudian, informasi yang
disampaikan Al-Quran itu terbukti kebenarannya (hlm. 79).
Ayat
al-Quran yang berisi kejadian masa lampau jumlahnya banyak sekali, termasuk
berita tentang kisah Fir’aun setelah ditenggelamkan di Laut Merah bersama Bani
Israil yang mengejar Nabi Musa. Bukti kebenaran kisah ini pernah disampaikan
seorang arkeolog bernama Ron Wyatt pada akhir 1988. Ia mengklaim telah
menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno di dasar Laut Merah yang
digunakan Fir’aun dan bala tentaranya.
Selain kisah
Fir’aun, masih banyak kabar-kabar terdahulu sebagaimana juga tertuang dalam
kisah Ashabul Kahfi tentang sekawanan pemuda muslim yang mengasingkan diri ke suatu
gua karena tidak tahan hidup di lingkungan mereka yang enggan menyembah Allah.
Pada 1963, arkeolog Yordania bernama Rafiq Waqa ad-Dajani menemukan gua itu
kini terletak sekitar 8 km dari Amman.
Di dalam Al-Quran
terdapat pula kisah kaum ‘Ad dan Tsamud serta kehancuran kota Iram. Awalnya, orang-orang
non muslim meragukan informasi yang disampaikan Al-Quran. Namun, akhirnya,
bukti-bukti kebenaran kitab suci ini terungkap. Bahkan secara menakjubkan, Al-Quran
menyampaikan secara detail tentang pengetahuan sejarah masa lalu yang tidak
mungkin diketahui pada masa Rasulullah kala itu.
Bukti
kebenaran al-Quran juga tampak pada rumusan awal penciptaan. Ketika para filsuf
ribut soal rumusan kejadian awal manusia, sebagaimana dilakukan Charles Robert
Darwin (1809-1882), Allah dengan tegas menyatakan bahwa penciptaan manusia
berasal dari air mani yang kemudian dihidupkan menjadi manusia. Kendati
demikian, manusia-manusia yang suka berpikir ruwet sejenis Darwin itu tetap
melakukan penelitian untuk mencari jawaban atas proses penciptaan makhluk
hidup, yang ternyata setelah melalui pembuktian mutakhir terbukti keliru (hlm. 99).
Kendati
bukan kitab ilmiah, kandungan isi Al-Quran merupakan kebenaran yang terjamin
dengan pasti. Berbagai kajian dan penelitian telah berhasil membuktikan
kebenaran tersebut. Bahkan tidak jarang peneliti non muslim mendapat hidayah
setelah membuktikan sendiri relevansi kebenaran Al-Quran dengan hasil
penelitian yang mereka lakukan.
Adalah
Robert
Guilhem,
seorang pakar genetika, pemimpin Yahudi
di Albert Einstain College, yang mendeklarasikan
dirinya masuk Islam ketika ia mengetahui hakikat empiris ilmiah dan
kemukjizatan Al-Quran
tentang penyebab penentuan ‘iddah (masa tunggu) perempuan
yang dicerai suaminya dengan masa 3 bulan. Beliau terperangah kagum oleh
ayat-ayat Al-Quran
yang berbicara tentang ‘iddah wanita muslimah yang dicerai
suaminya seperti yang diatur Islam
Apa
yang dialami Guilhem,
juga terjadi kepada Keith Moore. Profesor dari Universitas Toronto itu menyatakan
keterkejutannya tentang perkembangan embrio yang dikisahkan dalam Al-Quran.
Atas kekagumannya, Moore menulis sebuah buku berjudul The Developing Human
(hlm. 138).
Beberapa
fakta ilmiah al-Quran yang disajikan buku Bukti Keajaiban dan Kebenaran Al-Quran
hanyalah sebagian kecil saja. Tentu masih banyak lagi pengetahuan dalam Al-Quran
yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh para ahli. Ditulis
dengan gaya yang mudah dipahami, buku semacam ini dapat
membuka wawasan pembaca sembari
mempertebal keimanan atas kebenaran kitab suci Al-Quran.
Ahmad Fatoni,
penggiat Pusat Studi Islam dan Filsafat