Magelang-WAWASANews.com
Dewasa ini depresi kian menggejala. Tak hanya di kalangan anak
muda, tapi juga para manula. Banyak dari mereka jarang melakukan aktivitas
tertawa. Tertawa dapat meningkatkan produksi hormon endorphin. Semakin
berlimpah zat penenang alami dalam tubuh, kian mengendur ketegangan syaraf otak.
Dalam penelitian, anak-anak ternyata rata-rata bisa tertawa 400
kali sehari, sedangkan kaum dewasa hanya 15 kali. Sulitkah orang dewasa tertawa
dan bahagia? Adakah cara hidup ceria tanpa keluar banyak biaya? Dua pertanyaan itulah
yang dijawab oleh Klub Tawa Ceria Sehat (KTCS) dalam acara Olahraga Tertawa “Global
Harmony Now or Never” yang digelar pada Kamis (24/1), di Magelang.
Kegiatan yang diprakarsai oleh Anand Krishna Centre (AKC)
Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang) bekerjasama dengan Klub Jantung Sehat
Anggrek ini merupakan rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-22 Yayasan
Anand Ashram, yang didirikan oleh aktivis spiritual lintas agama Anand Krishna,
pada 14 Januari 1991.
Vesperina Maria Zacqueen Ujudeda S.Kep, salah satu fasilitator
KTCS dari Jakarta mengatakan pentingnya tertawa. Menurutnya, satu menit tertawa
sama manfaatnya dengan 20 menit olahraga ringan. Tepuk tangan bahagia juga merupakan
cara sederhana untuk memijit 80 titik syaraf di telapak tangan.
Bahkan, menurut dr. Hardiyanto yang ikut menjadi fasilitator, tertawa bisa jadi terapi
penderita penyakit jantung. “Konstipasi (bebelen) alias sulit BAB
bisa membahayakan penderita gangguan jantung. Nah, salah satu obat yang mujarab
ialah dengan tertawa,” katanya.
Oleh karena itulah, ada banyak macam teknik tertawa dalam KTCS. Ada tawa silaturahmi, singa mudra, tawa
cibi-cibi, tawa uleg, tawa primata, dll. Uniknya lagi, dalam KTCS selalu
dimeriahkan dengan tarian, musik, dan lagu. Selain agar suasana lebih hidup,
hal itu dimaksudkan juga untuk menyebarluaskan enzim melatonin ke
seluruh anggota badan, dari ujung kaki hingga kepala.
Salah satu tolok ukur efek tertawa ialah denyut nadi. Sebelum dan sesudah mengikuti sesi KTCS selama 1 jam tersebut, dr. Hardiyanto meminta ratusan peserta yang hadir untuk menghitung detak nadi. Caranya dengan menempelkan 3 jari di sekitar pergelangan tangan atau urat leher. Rata-rata dalam semenit ada 60-100 denyutan. Pasca melakukan olahraga tawa ternyata nadi banyak peserta jadi lebih berirama dan teratur. (Teks: Nugroho Angkasa, Foto: Tunggul Setiawan)
Salah satu tolok ukur efek tertawa ialah denyut nadi. Sebelum dan sesudah mengikuti sesi KTCS selama 1 jam tersebut, dr. Hardiyanto meminta ratusan peserta yang hadir untuk menghitung detak nadi. Caranya dengan menempelkan 3 jari di sekitar pergelangan tangan atau urat leher. Rata-rata dalam semenit ada 60-100 denyutan. Pasca melakukan olahraga tawa ternyata nadi banyak peserta jadi lebih berirama dan teratur. (Teks: Nugroho Angkasa, Foto: Tunggul Setiawan)