Semarang-WAWASANews.com
Untuk memahami dan
mendalami sejarah dan biografi seorang tokoh, dibutuhkan cinta yang penuh dan mendalam.
Itulah yang terjadi pada ulama dahulu kala yang mengarang sirah, khususnya yang
berkaitan dengan maulid Rasulullah SAW dengan bentuk nadham maupun natsar
yang bermacam-macam. Saking dalamnya cinta mereka terhadap Rasulullah SAW,
hampir-hampir bentuk kata, kalimat dan susunannya tidak dapat dipahami secara
detail oleh orang biasa.
Banyak peristiwa yang dialami
para muallif kitab maulid, dari mimpi bertemu Rasulullah SAW hingga
keajaiban di sekitar, bahkan motivasi diri yang dapat menyembuhkan kelumpuhan
seperti yang terjadi pada Muhammad bin Sa’id al-Bushiri, pengarang Qashidah
al-Burdah. “Bahkan ketika hanya dengan melagukan qashidah tersebut
walaupun tidak mengerti artinya, hati kita menjadi damai dan sejuk. Apalagi
bila kita mengerti maknanya,” sambut KH. Abdul Muhayya ketika membuka maulid
pada Sabtu malam (12/1) di Masjid Al-Falah Perumahan Bhakti Persada Indah
Ngaliyan, Semarang.
Pakar Tasawuf dan Sufi
Healing IAIN Walisongo Semarang dan juga Ketua Komisi Pendidikan dan Kajian
Islam Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah itu juga mengungkapkan bahwa Rasulullah
merupakan makhluk yang istimewa, di mana Allah dan para malaikat-Nya selalu
membacakan shalawat (dengan arti masing-masing shalawat) kapanpun, tidak khusus
pada bulan maulid (Rabi’ul Awwal).
Peringati Sampai 12 Rabi’ul Awwal
Pelaksanaan maulid di
Masjid Al-Falah itu merupakan agenda tahunan ma’had dan masjid. “Insyaallah
maulid ini akan dilaksanakan dari tanggal satu hingga dua belas Rabi’ul Awwal,
sebagaimana tradisi ulama dahulu. Walaupun sering hujan dan sedang ujian akhir
semester, namun para santri dan mahasiswa tetap antusias mengikuti maulid ini
untuk mengharap berkah dan syafa’at Rasulullah SAW serta mengikuti ceramah KH.
Abdul Muhayya,” kata Ahmad Zuhri selaku Lurah Ma’had Ulil Albab lil Banin saat
ditemui di masjid (13/1).
Hadir di acara tersebut
antara lain santri Ma’had Ulil Albab lil Banin Perumahan Bhakti Persada Indah
Ngaliyan, Semarang, mahasiswa dan dosen IAIN Walisongo Semarang serta warga
sekitar. “Ada juga beberapa peneliti dari Iksab Semarang Institute (ISI) yang
sedang melakukan penelitian tentang perilaku keagamaan mahasiswa yang tinggal
pondok pesantren di Semarang,” ungkap Syariful Anam, salah satu mahasiswa Pascasarjana
IAIN Walisongo Semarang yang juga menjadi Sekretaris Satu Pengurus Pusat
Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah: MATAN. (Akmal)