Suherman Foto: WAWASANews.com |
Siapa saja yang pernah berkunjung ke pemakaman Raden Said
atau yang lebih akrab disebut Sunan Muria, mungkin Suherman menjadi sosok kedua
yang paling mudah diingat setelah kanjeng Sunan. Cara Suherman dalam berdagang
tak jauh berbeda dengan seorang khotib di masjid dalam khutbah Jum’at;
lantang, melampaui kebisingan suara peziarah dan pedagang di sekelilingnya.
Paling tidak, setiap peziarah akan melihat dengan jelas sosok lelaki paruh baya
itu walau tak mengenal pribadi dan hidupnya lebih dalam.
Ia memiliki cara berdagang yang khas dan nyaris berbeda
bila dibandingkan dengan pedagang-pedagang lain di sekitar pemakaman Sunan
Muria.
Suherman adalah satu-satunya pedagang Jamu Majun, jamu
tradisional Jawa asal Cina yang lebih dikenal dengan jamu Singsek. Dalam
keramaian itu, Suherman selalu berusaha meyakinkan para pengunjung mengenai
khasiat dagangannya.
“Jika tidak demikian, mereka tidak tahu dan kecil
kemungkinan untuk bisa tertarik” jawabnya kala Wawasanews bertanya soal
strategi dagangnya.
Jamu Majun terbuat dari rempah-rempah pilihan dan
bahan-bahan tradisional yang bermacam. Diataranya adalah Cengkeh, Kemukus,
Kapulaga, Gelam, Agas Pedas, Agas Manis, Mahkota Dewa, Anyang, Kayu Ules, Cong
Rahab, Rol Jiwo, Jahe Merah, Jahe Putih, Temulawak , Kemoci, Luwak, Cabe,
Merica Polo, Elbeh, Ranto, Kedawo dll.
Rempah-rempah tersebut diproses sedemikian rupa hingga
akhirnya dipasarkan dalam bentuk kemasan plastik. Dalam satu kemasan berisi
delapan biji, bulat sebesar kelereng warna merah. Suherman menjual jamu itu
seharga sepuluh ribu rupiah per bungkus.
Jamu buatan Suherman memilki khasiat gurah nafas agar
lancar, melancarkan peredaran darah, penyakit kadar gula, asam urat kolesterol
dan lemah syahwat. Suherman mengemukakan, fungsi utama jamunya adalah
melancarkan nafas (gurah nafas).
Di samping itu, Jamu Majun berkhasiat untuk menyehatkan
tubuh. Jamu Majun tidak memiliki efek samping karena tidak mengandung bahan
kimia.
Merantau
Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB ketika Wawasanews
menemuinya di sebelah utara Masjid Yayasan Pengurus Pemakaman Sunan Muria
(YP2SM), Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Di sana lah tempat mangkal Suherman, menjajakan
dagangannya kepada para peziarah Sunan Muria. Suherman terlihat antusias
dan ramah menyambut kedatangan kami.
Duduk di atas kursi kayu berukuran tinggi 1 meter,
Suherman bercerita panjang lebar mengenai hidupnya sebagai penjual jamu. Sudah
16 tahun ia menekuni bisnis itu. Mulanya, ia berkeliling ke pelbagai daerah di Indonesia seperti, Bandung ,
Jakarta , Irian,
Kupang dan Timur-timur. Namun, selang berjalannya waktu ia berhenti dari
perantantauannya dan memilih menetap di samping pemakaman Sunan Muria.
Hanya keyakinan kepada Tuhan yang membuat Suherman tetap
bertahan hingga saat ini. “Kalau Allah meridhoi dan mengizinkan sehat, maka
orang yang minum jamu saya akan sembuh. Sebaliknya, meskipun berobat hingga
menghabiskan ratusan juta rupiah tidak akan sembuh,” kata Herman penuh
keyakinan.
Terbukti, banyak orang yang mengakui kemanjuran jamu
Suherman. Menurut pengakuannya, mereka yang sering membeli jamunya mengajak
temannya hingga akhirnya ia mempunyai banyak pelanggan. Pelanggan suherman
rata-rata dari komunitas pesantren.
Menetapnya Suherman di pemakaman Sunan Muria menjadi
keuntungan tersendiri baginya. Interaksi dengan orang pesantren bermula ketika
mereka, para santri berziarah ke Makam Sunan Muria. Saat ini, Suherman hanya
menunggu pesanan dari pelanggan. Jamu akan dikirim kepada pelanggan jika
pesanan paling sedikit 100 bungkus.
Di tempatnya saat ini, pendapatan Suherman lebih dari lima ratus ribu ketika
lagi mujur. Jika tidak, hanya kisaran seratus rubu rupiah per hari. Pernah juga
tidak mendapatkan apa-apa, alias tidak laku. Bagi suherman, itu hal biasa dalam
berdagang.
“Saya ini sudah tua. Pahit, manis dan getirnya kehidupan
sering saya alami,” katanya sambil tersenyum bangga.
Pengalaman yang masih ia ingat sampai saat ini ketika ia
masih diperantauan adalah ketika ia “dirazia” oleh polisi. Ketika itu polisi
mengintrogasi Suherman dengan alasan jamu Suherman dikhawatirkan berbahaya untuk
dikonsumsi. Tapi, Alhamdulillah, Suherman berhasil meyakinkan mereka bahwa
jamunya tidak berbahaya.
Membayar
Hidup
Ketekunan dan kesabaran Suherman telah membawa
keberhasilan dalam hidupnya. Uang hasil penjualan ia simpan sidikit demi
sedikit untuk membeli tanah. Menurut pengakuannya, tanah Suherman saat ini
telah mencapai lebih dari dua hektar. Ia juga telah meyekolahkan enam anak
perempuannya di perguruan tinggi. Kabutuhan keluarganya telah tercukupi.
Bahkan, sekalipun berhenti dari profesinya saat ini, ia
tak merasa kerepotan lagi. Dengan kata lain, menjual jamu hanya bagian dari
mengisi hidup. Kunci kesuksesan Suherman adalah berusaha keras dan keyakinan
yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Demikian kata Suherman (Arifin)