Minyak tumpah ruah di jalanan
Mengalir membanjiri negeri
yang berbau anyir
Kemudian dihisap mulut-mulut
pejabat
Hingga kembung perut yang
gendut
Rakyat menelan mentah-mentah
Ampas busuk yang membuat
muntah
Hingga mulut berdarah-darah
Berteriak di tengah huru-hara
JARAK
PERJUANGAN
Jarak kian mendekat
Perjuangan di tengah
perdebatan
Antara kemiskinan dan
keuntungan
Sebenarnya siapa yang
diuntungkan
Dan siapa yang dirugikan?
Perjuangan kita entah dimana
Di negeri entah berantah
Di setiap sudut kedustaan dan
kemunafikan.
RASUL
YANG BERTAMU
Pintu rumahku diketuk
Namun tak ada siapapun yang
masuk
Juga tak ada rasul yang
diutus untuk datang bertamu
Oh sang Nabi
Kutunggu kedatanganmu
Datanglah dan buatlah damai
Hingga senja tanpa mega merah
SATU
Andaikata
kita mempunyai jarak
Masih
bisa aku merangkak ke tempatmu
Andaikata
kita tak boleh bertemu
Masih
bisa aku datang sekedar bertamu
Tak ada
ruang untuk rindu
Karena
kita sudah menyatu
Ragaku
tak tentu
Karena
kita sudah berlalu
Semarang ,29 Juni 2012
Muhammad Riyan,
penggiat di Komunitas Waroeng
Sastra, Farabi Institute,
dan Mahasiswa
Walisongo Pecinta Alam (MAWAPALA)