Maaf saya tidak dapat menemukan judul yang
tepat
untuk untaian kalimat yang hendak saya tulis
hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar
seperti kemarin....
getaran itu semakin lama semakin sayup...perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin
Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu
bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau
dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang
oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah
sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran
kertas berstempel
Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin
hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
the object of my affection telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi
yang semakin kabur
2012-03-11
REDUP
CAHAYA REFORMASI
Ada
bintang bertaburan di langitku
Bintang
kelas sampai bintang tujuh
Bintang
tamu juga bintang silat lidah
Bintang
lima sampai bintan film begituan
Para
bintang hampir tertukar dengan para binatang
Aku
mungkin terlalu terburu-buru meng ejanya
Bukan
rahasia lho
Kasak-kusuk-kesek-kesek
Banyak
kejadian di bawah meja kantor para birokrat
Di
tangan mereka ada nasib rakyat
Namun
korupsi adalah warisan yang terlampau nikmat
Sebagai
abdi negara
gajihku terlalu kecil, itu dalilnya
Namun
setelah dilipat gandakan
Mereka
malah terang-terangan pasang tarif
Sarjana
yang lulus tahun ini mulai belajar kepada koruptor
Mau
kerja kan? Sediakan uang sekian juta, dijamin beres
Anak
lulusan SMU pun sudah belajar pada koruptor
Mau
masuk PTN kan? Silahkan sediakan uang sekian juta, dijamin masuk
Para
bintang berkedip sesuka hatinya
Rangkaian
cahayanya membuat banyak mata menjadi buta
Halalkan
segala cara, tak peduli yang lain binasa
Generator
negara telah lama berjalan otomatis
Transparansi
hanya kata yang teramat simbolis
Mau
jadi polisi kan? Silahkan...
Mau
jadi tentara kan? Silahkan...
Mau
jadi PNS kan? Silahkan...
Mau
jadi hansip kan? Silahkan...
Ini
kan bukan rahasia
Yang
menjadi rahasia kan kenapa tanggal merah bisa keluar SK
sponsor
SAAT KU DI PUNDAKMU
Jika
kita tertawa
Seluruh
dunia akan tertawa bersama kita
Jika
kau di sini
tempat ini akan selalu nyaman
Kita
terpisah dari jiwamu dan segala sesuatunya tentangmu
Tapi
ku tetap dihatiku
Aku
tak bisa beri kasih sayang yang layak kau dapatkan
Kesalahan
tak akan terjadi lagi
Tapi
dimana aku hingga
aku bisa mengendalikan diriku?
Airmatamu
menjadi airmataku
Bagaimana
ini bisa menjadi obat?
Selama
bintang masih bersinar
Selamanya
ini masih tentangmu
Jangan
menangis biarkan ini menjadi kebahagiaan
SUJUD DI KAKI TAHAJUD
Bintang-bintang
yang berpijar teratur dalam gugusan
Matahari
dan Rembulan yang bersinar
Siapa
yang menjadikan keindahan itu semua?
Sudikah
aku memetik hikmah dibaliknya?
Aku
ingin berjalan di bumi dengan keindahan itu
keredahan
hati…
Aku
ingin menyalami orang-orang bodoh itu dengan santun salamku
Namun…
Apa
aku mampu menjadi insan yang
Berjalan
dengan mukjizat itu
Malam
ini indah…
Ku
berjalan pada malam dengan buta
Kulihat,
kurasakan,
Banyak
airmata yang menetes dalam sujud di kaki tahajud
Apa
yang mereka lakukan?
“Ya
Allah, hindari kami dari segala azab-Mu”
Sayup-sayup
ku dengar kata itu
Ah,
siapa Allah itu?
Gadis
mungil lugu berjilbab itu datang menghampiriku
“Tuan,ayo
berwudlu kita tahajud dan bersyukur pada Allah”
Dengan
penuh kebingungan aku hanya terdiam dan mengikuti
Sujud
di kaki tahajud itu membuatku hidup kembali,
Aku
tersadar
Aku
bersinar
Ah,
indah sekali rasanya,menangis dan mengabdi diri pada Tuhan,
Allah
tuhanku yang Maha Segalanya
Ya
Allah terimalah sujudku, hindari aku dari Azab-mu
Tetaplah
bawa aku dalam kidung kasih-Mu
Dibalik
firman Al-Furqon ku bersyair
Nurul
Inayah, Semarang,22 september 2011
WAHAI HATI
Rasakanlah
kenikmatan itu terasa indah
Kala
segala keindahan di ciptakan dengan penuh kasih sayang
Allah
yang maha mengasihi
Penuh
dekapan kasih dengan segala ciptaanya
Wahai
hati. . .
Sadarkah
betapa indah kau diciptakan
Aliran
darah yang mengalir, nafas yang tak henti berhembus, peluh yang tiada henti
menetes…
Sadarkah
matahari yang begitu indah menyapa pagi
Rembulan
yang begitu teduh dengan senyuman
temani
malam dalam tahajudmu
Langit
yang kokoh berkidung dalam dzikirnya
Wahai
hati . . .
Tak
kah kau sadari betapa keseimbangan alam menjadi abdi bagimu
Karna
siapa?
Karna
Rabb-mu mencintaimu
Cinta
yang haq dengan penuh kasih sayang
Wahai
hati. . .
Pernahkah
kau bersyukur atas segala keindahan yang mengalir didarah, di nafas, bahkan di
perutmu?
Lihatlah
hamparan hijau pepohonan dan buah-buahan
Mampu
membuatmu kenyang hingga dapat bersujud pada Rabb-mu
Pernahkah
kau rasakan betapa manisnya buah kurma yang kau kecap?
Dapatkah
kau hirup aroma bunga yang bermekar cantik seperti dirimu?
Subhanallah.
. .
Tiada
dusta dibalik keindahan-Nya. . .
Semua
untukmu Wahai hati
Semua
untukmu yang terkasih. . .
Sujudlah.
. .
Rasakan
keindahan abadi mengalir dalam tangis sukurmu
Semarang, 21
september 2011
Dalam tangis
sujud Ar-Rahman