Oleh Mukhlisin
sumber: desireminsa.multiply.com |
Dalam Undang- Undang Nomor 14 tahun
2005 mengenai guru dan dosen,
telah dijelaskan bahwa, guru adalah pendidik profesional yang bertugas membimbing,
mengarahkan, melatih, serta mengevaluasi peserta didik.
Baik itu pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, maupun pendidikan
menengah. Senada dengan yang dikatakan oleh Sutari Imam Barnadib, pendidik
adalah orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat
kemanusiaan yang lebih tinggi.
Dari pengertian di atas, dapat
dikatakan bahwa tugas seorang guru tidaklah mudah. Sebagai guru, maka ia harus
mampu memahami keadaan dan segala yang diinginkan oleh peserta didiknya demi mencapai
kesuksesan. Guru yang profesional adalah guru yang mampu memberikan pengaruh
kepada peserta didiknya (baca; siswa). Dimanapun, kapanpun,
ia mengajar.
Jadi jelas,
bahwa baik-buruknya peserta didik sangat ditentukan oleh guru yang mengajar dan
mendidiknya. Apabila guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik, maka dapat
dipastikan akan mencetak generasi yang baik pula. Demikian juga sebaliknya.
Namun, sampai sekarang yang masih menjadi pertanyaan besar penulis adalah, sudahkah guru menjalankan tugasnya dengan
baik? Apakah tujuan pendidikan yang telah digagas oleh negara sudah
terealisasikan secara sempurna? Jawabannya pun tidak mudah.
Jika kita melihat realita yang
terjadi di sekitar, maka, telah banyak permasalahan
yang ada di dalam dunia pendidikan yang perlu dibenahi dan ditata ulang
kembali. Mulai dari sistem pendidikan yang semrawut, orientasi guru yang tidak
jelas dalam mengajar, minimnya kualitas yang dimiliki oleh guru, serta kesalahan
yang ada pada peserta didik itu sendiri.
Yang menjadi pertanyaan,
siapakah
atau apakah sebenarnya yang menjadi faktor penyebab “kegagalan” lembaga
pendidikan dalam mencapai tujuannya?
Salah satu masalah yang sangat
krusial—dari dulu sampai sekarang—yakni mengenai aksi
tawuran yang sering dilakukan oleh pelajar. Banyak yang mengatakan bahwa aksi
tawuran yang dilakukan oleh pelajar adalah kesalahan mutlak dari guru. Ada juga
yang mengatakan bahwa hal itu terjadi dikarenakan keteledoran
orangtua yang tidak mau memperhatikan dan memperdulikan
anak-anaknya. Namun, ada juga yang berasumsi bahwa itu adalah murni kesalahan
dari pelajar.
Fakta menunjukkan bahwa—diakui atau tidak—hubungan antara anak dan orangtua sangatlah
harmonis. Mereka baik-baik saja dan tidak ada masalah. Walaupun masih ada sebagian
orang tua yang tidak peduli dengan anak-anaknya.
Lebih parahnya lagi, di antara pelaku aksi tawuran dewasa ini, bukanlah
siswa-siswa yang notabene preman atau terkenal brutal saja di madrasahnya. Tetapi, siswa
yang berprestasi pun ikut turun aksi.
Persiapan Diri
Maju
tidaknya pendidikan sangat tergantung pada orang-orang yang berperan
dalam lembaga pendidikan tersebut, salah satunya guru.
Apabila para guru mampu mengatur dan mengurusi peserta didiknya dengan baik, maka akan lebih mudah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Mencetak generasi muda yang berpengetahuan
luas, bermoral, dan memiliki jiwa kepemimpinan, sehingga
mampu menjadi pemimpin bangsa dan negara.
Saat ini kita bisa
mengatakan bahwa guru belum bisa mencapai tujuan
pendidikan sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi karena banyak di antara guru
yang megalami disorientasi. Dimana ketika
mengajar, bukan karena ketulusan hati, akan tetapi
untuk mendapatkan imbalan uang. Selain itu, kini banyak juga guru
yang mengajar bukan pada bidangnya. Dengan begitu, ia mengajar dengan seenaknya
sendiri.
Maka dari itu, yang harus kita
lakukan adalah mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan.
Salah satunya yaitu, kita harus mencetak guru prosfesional. Maka, mahasiswa
sebagai generasi muda dan penerus bangsa, sudah seharusnya mempersiapkan bekal
untuk mengubah atau memperbaiki pendidikan yang ada. Siapa lagi yang akan menggantikan
kalau bukan mahasiswa?
Guru seperti inilah yang nantinya
akan membawa perubahan dan kemajuan bagi lembaga pendidikan. Pada akhirnya, harapan
besar penulis, kasus kekerasan atau aksi tawuran antar pelajar yang marak
dewasa ini, serta kasus-kasus penyelewengan yang dilakukan oleh guru itu
terhapuskan dari dunia pendidikan, dengan cara mencetak guru profesional. Semoga!
Mukhlisin, Pengajar
Mahasantri di Monash Institute